Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,38 persen pada perdagangan hari ini, Senin, (28/8/2023). Saham AMMN, BMRI, hingga BYAN terpantau bertabur cuan.
Berdasarkan data RTI, IHSG terapresiasi 0,38 persen atau 26,28 poin ke level 6.921,72 pada akhir perdagangan. IHSG bergerak pada rentang 6.903,12 sampai 6.940,12 hari ini.
Tercatat, 280 saham menguat, 258 saham melemah, dan 214 saham bergerak di tempat. Kapitalisasi pasar terpantau menjadi Rp10.241,84 triliun.
Dari jajaran saham berkapitalisasi pasar besar atau big cap, PT Amman Mineral Internasional Tbk. (AMMN) ditutup menguat 3,38 persen ke level Rp4.280 per saham. Adapun, AMMN merupakan emiten terafiliasi Grup Medco milik keluarga Panigoro dan Salim milik Anthoni Salim.
Selanjutnya, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) ditutup menguat 1,69 persen ke level Rp6.000. Saham BMRI telah ditransaksikan sebanyak 9.079 kali dengan nilai tembus Rp374,94 miliar.
Kemudian emiten batu bara milik konglomerat Low Tuck Kwong, PT Bayan Resources Tbk. (BYAN) ditutup menguat 0,94 persen ke level Rp18.775 per saham.
Baca Juga
Sementara itu, saham yang ditutup stagnan hari ini yaitu PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. (TPIA) milik Prajogo Pangestu, dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI).
Sedangkan saham big cap yang parkir di zona merah yaitu PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) yang turun 0,89 persen ke level Rp5.550 per saham, disusul PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) yang terkoreksi 0,81 persen ke level Rp9.200 per saham.
Saham PT Astra International Tbk. (ASII) dan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) juga masing-masing terkoreksi 0,39 persen dan 0,54 persen.
Financial Expert Ajaib Sekuritas Ratih Mustikoningsih mengatakan sentimen yang mempengaruhi pergerakan IHSG hari ini antara lain, dari dalam negeri, Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan melaporkan hingga saat ini, dana yang terkumpul untuk penanganan perubahan iklim berjumlah US$500 juta atau setara Rp7,66 triliun.
Dana tersebut dapat bertambah hingga US$4 miliar dari dukungan Asian Development Bank (ADB), World Bank, termasuk pemerintah Indonesia. Anggaran tersebut akan difokuskan untuk mempensiunkan pembangkit listrik tenaga batu bara di Indonesia dalam waktu dekat, dengan target 1,5 gigawatt (GW) PLTU yang akan dihentikan pada tahap awal.
Adapun Indonesia masih memiliki target penurunan emisi karbon dengan kebutuhan dana sebesar US$281 miliar.