Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bursa Minta Penjelasan Soal Rencana Merger Tiga Maskapai Garuda Cs

PT Bursa Efek Indonesia (BEI) melayangkan surat kepada PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) untuk meminta penjelasan terkait rencana merger maskapai BUMN.
PT Bursa Efek Indonesia (BEI) melayangkan surat kepada PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) untuk meminta penjelasan terkait rencana merger maskapai BUMN. Bisnis/Himawan L Nugraha
PT Bursa Efek Indonesia (BEI) melayangkan surat kepada PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) untuk meminta penjelasan terkait rencana merger maskapai BUMN. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — PT Bursa Efek Indonesia (BEI) melayangkan surat kepada PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) untuk meminta penjelasan terkait rencana merger Grup Garuda Indonesia dengan maskapai Pelita Air

Hal tersebut terungkap dalam keterbukaan informasi GIAA pada 23 Agustus 2023 dalam menjawab permintaah penjelasan BEI. Adapun, permintaan penjelasan disampaikan oleh pihak Bursa melalui surat nomor S-07051/BEI.PP2/08-2023 tanggal 23 Agustus 2023. 

Sementara itu, dalam keterangan tertulis, manajemen maskapai penerbangan pelat merah itu mengklaim bahwa perseroan hingga saat ini masih melangsungkan pembahasan intensif terkait langkah penjajakan aksi korporasi tersebut. 

Adapun, GIAA menyampaikan dukungan penuh terhadap upaya merger Grup Garuda Indonesia dengan Pelita Air yang diungkapkan oleh Menteri BUMN Erick Thohir beberapa waktu lalu. Rencana ini pun dimaknai perseroan sebagai salah satu langkah untuk memperkuat ekosistem bisnis industri transportasi udara di tanah air. 

"Oleh karenanya, mengenai proyeksi dari proses merger ini, tentunya akan terus kami sampaikan secara berkelanjutan," tulis VP Corporate Secretary PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIIA) Mitra Piranti dikutip Jumat (25/8/2023). 

Sebagaimana diketahui, Menteri BUMN Erick Thohir berencana untuk menggabungkan atau merger tiga maskapai penerbangan pelat merah, yakni PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA), Citilink Indonesia, dan Pelita Air. 

Rencana ini sebut Erick sebagai salah satu langkah agar biaya logistik di tanah air terus menurun sehingga semakin meringankan dunia bisnis. 

"Kami upayakan Pelita Air, Citilink, dan Garuda merger untuk menekan cost," terangnya dalam agenda Indonesia Cafetalk di Tokyo, Jepang dikutip dari keterangan resmi pada Selasa (22/8/2023). 

Alasan selanjutnya yang melatarbelakangi rencana merger ini adalah terbatasnya armada penerbangan yang ada di Indonesia. Erick mengatakan, Indonesia masih kekurangan sekitar 200 pesawat. 

Perhitungan itu diperoleh dari perbandingan jumlah armada penerbangan antara Amerika Serikat (AS) dan Indonesia. Di negeri Paman Sam tersebut, ada sekitar 7.200 pesawat yang melayani rute domestik. Ribuan pesawat itu dapat melayani sekitar 300 juta populasi penduduk AS yang memiliki rerata Pendapatan Domestik Bruto (PDB) mencapai US$40.000. 

Sementara itu di tanah air, terdapat 280 juta penduduk yang memiliki PDB US$4.700. Hal ini menandakan bahwa Indonesia membutuhkan total 729 pesawat.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper