Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham Garuda (GIAA) Terbang ARA Akibat Isu Merger dengan Pelita Air

Saham Garuda Indonesia (GIAA) telah menyentuh batas auto rejection atas (ARA) selama dua hari beruntun.
Teknisi beraktivitas di dekat pesawat Boeing 737 Max 8 milik Garuda Indonesia, di Garuda Maintenance Facility AeroAsia, bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Rabu (13/3/2019)./Reuters-Willy Kurniawan
Teknisi beraktivitas di dekat pesawat Boeing 737 Max 8 milik Garuda Indonesia, di Garuda Maintenance Facility AeroAsia, bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Rabu (13/3/2019)./Reuters-Willy Kurniawan

Bisnis.com, JAKARTA - Saham maskapai penerbangan pelat merah, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) terpantau melesat dan menyentuh Auto Rejection Atas (ARA) pada penutupan sesi I perdagangan Kamis, (24/8/2023), di tengah isu rencana merger Grup Garuda Indonesia dengan Pelita Air.

Berdasarkan data RTI pukul 12.00 WIB, saham GIAA ditutup naik 10 persen menyentuh ARA ke level Rp88 per saham pada sesi I perdagangan hari ini.

Sepanjang perdagangan, saham GIAA telah ditransaksikan sebanyak 2.427 kali dengan volume 171,40 juta saham. Alhasil, nilai transaksinya tembus Rp14,98 miliar dan kapitalisasi pasar sebesar Rp8,05 triliun.

Pada perdagangan kemarin, Rabu, (23/8/2023), saham GIAA juga ditutup melesat 9,59 persen ke level Rp80 per saham. Itu artinya, saham GIAA telah menyentuh ARA selama dua hari beruntun.

Terbangnya harga saham GIAA tak lepas dari rencana Menteri BUMN Erick Thohir berencana akan melakukan merger terhadap tiga maskapai penerbangan pelat merah, yakni Garuda Indonesia, Citilink Indonesia yang merupakan anak usaha GIAA, dan Pelita Air yang merupakan entitas usaha PT Pertamina (Persero) di sektor penerbangan.

Adapun, tujuan dari penggabungan Grup Garuda Indonesia dengan Pelita Air adalah sebagai upaya efisiensi Kementerian BUMN untuk menekan biaya logistik di sektor penerbangan. 

Erick Thohir mengatakan, Garuda Indonesia telah berhasil diselamatkan setelah terancam dibubarkan. Dia mengatakan, GIAA pada akhirnya dipertahankan karena Indonesia perlu tetap memiliki flag carrier

Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra pun menyambut baik rencana merger Grup Garuda Indonesia dengan Pelita Air. Dia bilang, proses diskusi terkait langkah penjajakan aksi korporasi tersebut masih terus berlangsung secara intensif dan akan dikaji secara mendalam.

"Adapun mengenai rencana pengembangan sendiri masih dalam tahap awal di mana kami tengah mengeksplorasi secara mendalam atas berbagai peluang sinergi bisnis yang dapat dihadirkan untuk bersama-sama dapat mengoptimalkan aspek profitabilitas kinerja," kata Irfan dalam keterangannya.

Namun perlu diingat bahwa saham GIAA masih masuk dalam papan pemantauan khusus oleh Bursa Efek Indonesia (BEI). Alasannya, maskapai BUMN tersebut memenuhi kriteria memiliki ekuitas negatif pada laporan keuangan terakhir dan juga sedang dalam kondisi dimohonkan PKPU.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rizqi Rajendra
Editor : Farid Firdaus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper