Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar AS Hari Ini Harap-harap Cemas Suku Bunga The Fed

Nilai tukar rupiah berisiko akan mengalami pelemahan kembali pada perdagangan hari ini, Selasa (22/8/2023) khawatir kenaikan suku bunga AS oleh The Fed. .
Karyawati menghitung mata uang Dolar Amerika Serikat di tempat penukaran uang asing di Jakarta, Senin (14/8/2023). Bisnis/Suselo Jati
Karyawati menghitung mata uang Dolar Amerika Serikat di tempat penukaran uang asing di Jakarta, Senin (14/8/2023). Bisnis/Suselo Jati
Live Timeline

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah berisiko akan mengalami pelemahan kembali pada perdagangan hari ini, Selasa (22/8/2023) seiring kekhawatiran pasar atas kenaikan suku bunga AS oleh The Fed. 

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memproyeksikan pada perdagangan hari ini, Selasa (22/8/2023) mata uang rupiah fluktuatif namun berpotensi ditutup melemah di rentang  Rp15.310- Rp15.370 per dolar AS.

Dia mengatakan dolar yang menguat kemarin karena investor melihat kemungkinan The Fed mempertahankan suku bunga saat ini. Namun, hal tersebut bertolak belakang dengan perkiraan analis yang menyebutkan penurunan suku bunga akan terjadi di tahun depan. 

“Kekhawatiran atas kenaikan suku bunga AS, menyusul inflasi yang kuat dan data pasar tenaga kerja, telah menopang dolar dalam beberapa pekan terakhir,” katanya dalam riset harian, dikutip Selasa (22/8/2023). 

Imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor sepuluh tahun naik 14 basis poin untuk minggu ini dan menyentuh level tertinggi 10 bulan di 4,32 persen, sedikit lebih tinggi dari level tertinggi 15 tahun. Imbal hasil tiga puluh tahun naik hampir 11 bps ke level tertinggi dalam lebih dari satu dekade. 

Pasar sekarang menunggu isyarat lebih lanjut tentang ekonomi AS dari Simposium Jackson Hole akhir pekan ini, di mana Ketua Fed Jerome Powell juga diperkirakan akan berbicara.

Sebelumnya, PBOC memangkas LPR satu tahun sebesar 10 basis poin (bps) menjadi 3,45 persen, sedangkan LPR lima tahun, yang digunakan untuk menentukan tingkat hipotek, dibiarkan tidak berubah di 4,20 persen. 

Mengingat kurangnya dukungan moneter, investor sekarang meminta pemerintah untuk meluncurkan langkah-langkah fiskal yang lebih terarah. Tetapi analis memperkirakan Beijing akan menunda langkah-langkah tersebut, dengan alasan tingginya tingkat utang pemerintah.

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah kemarin ditutup melemah 0,23 poin atau 35 poin ke posisi Rp15.325 per dolar AS. Sementara itu indeks dolar terpantau menguat 0,01 persen ke posisi 103,294. 

Rupiah ditutup melemah bersama mayoritas mata uang kawasan Asia lainnya. Sebut saja yen Jepang melemah 0,14 persen, dolar Hong Kong melemah 0,14 persen, dolar Singapura melemah 0,09 persen, dan dolar Taiwan melemah 0,15 persen. 

Kemudian won Korea melemah 0,33 persen, peso Filipina melemah 0,33 persen, rupee India melemah 0,01 persen, yuan China melemah 0,38 persen dan ringgit Malaysia melemah 0,07 persen. Adapun mata uang yang menguat hanya bath Thailand sebesar 0,40 persen.

12:20 WIB
Menanti Jackson Hole

Pelaku pasar kini menanti pertemuan Jackson Hole di Amerika Serikat mulai Kamis mendatang. Ada beberapa pejabat bank sentral AS (The Fed) seperti Gubernur Jerome Powell. Pertemuan tersebut juga dihadiri oleh pejabat bank sentral dari berbagai negara.

Pelaku pasar akan mencari petunjuk terbaru apakah The Fed akan kembali menaikkan suku bunga atau tidak sehingga akan berpengaruh terhadap pergerakan hari ini.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Artha Adventy
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper