Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah ditutup melemah pada perdagangan hari ini, Senin (21/8/2023) seiring kekhawatiran pasar atas kenaikan suku bunga AS oleh The Fed.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup melemah 0,23 poin atau 35 poin ke posisi Rp15.325 per dolar AS. Sementara itu indeks dolar terpantau menguat 0,01 persen ke posisi 103,294.
Rupiah ditutup melemah bersama mayoritas mata uang kawasan Asia lainnya. Sebut saja yen Jepang melemah 0,14 persen, dolar Hong Kong melemah 0,14 persen, dolar Singapura melemah 0,09 persen, dan dolar Taiwan melemah 0,15 persen.
Kemudian won Korea melemah 0,33 persen, peso Filipina melemah 0,33 persen, rupee India melemah 0,01 persen, yuan China melemah 0,38 persen dan ringgit Malaysia melemah 0,07 persen. Adapun mata uang yang menguat hanya bath Thailand sebesar 0,40 persen.
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan dolar yang menguat hari ini karena investor melihat kemungkinan The Fed mempertahankan suku bunga saat ini. Namun, hal tersebut bertolak belakang dengan perkiraan analis yang menyebutkan penurunan suku bunga akan terjadi di tahun depan.
“Kekhawatiran atas kenaikan suku bunga AS, menyusul inflasi yang kuat dan data pasar tenaga kerja, telah menopang dolar dalam beberapa pekan terakhir,” katanya dalam riset harian, dikutip Senin (21/8/2023).
Baca Juga
Imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor sepuluh tahun naik 14 basis poin untuk minggu ini dan menyentuh level tertinggi 10 bulan di 4,32 persen, sedikit lebih tinggi dari level tertinggi 15 tahun. Imbal hasil tiga puluh tahun naik hampir 11 bps ke level tertinggi dalam lebih dari satu dekade.
Pasar sekarang menunggu isyarat lebih lanjut tentang ekonomi AS dari Simposium Jackson Hole akhir pekan ini, di mana Ketua Fed Jerome Powell juga diperkirakan akan berbicara.
Sebelumnya, PBOC memangkas LPR satu tahun sebesar 10 basis poin (bps) menjadi 3,45 persen, sedangkan LPR lima tahun, yang digunakan untuk menentukan tingkat hipotek, dibiarkan tidak berubah di 4,20 persen.
Mengingat kurangnya dukungan moneter, investor sekarang meminta pemerintah untuk meluncurkan langkah-langkah fiskal yang lebih terarah. Tetapi analis memperkirakan Beijing akan menunda langkah-langkah tersebut, dengan alasan tingginya tingkat utang pemerintah.
Sementara itu, Ibrahim memproyeksikan pada perdagangan besok, Selasa (22/8/2023) mata uang rupiah fluktuatif namun berpotensi ditutup melemah di rentang Rp15.310- Rp15.370 per dolar AS.