Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,59 persen sehingga parkir di 6.859,91 pada perdagangan Jumat (18/8/2023) sejalan dengan meningkatnya kekhawatiran pasar terhadap perkembangan ekonomi China. Bursa regional Asia kompak bergerak di teritorial merah pada akhir pekan ini.
Indeks komposit sempat mencapai posisi tertinggi di 6.899,83 dan terendah di 6.856,37. Sebanyak 193 saham ditutup parkir di zona hijau, 327 saham melemah, dan 222 saham lainnya ditutup di posisi yang sama dengan harga kemarin.
Mayoritas indeks sektoral ditutup melemah dengan koreksi terdalam pada indeks sektor industri yang turun 1,36 persen. Kemudian sektor transportasi melemah 1,06 persen dan properti turun 0,91 persen.
Sementara itu, sektor energi menguat 0,39 persen, lalu disusul sektor infrastruktur yang menguat 0,07 persen.
Di Bursa Asia lainnya, Nikkei 500 melemah 0,67 persen, begitu pula Shanghai sebesar 1,00 persen dan Hang Seng terkoreksi 2,05 persen. Indeks Kospi di Korea Selatan juga melemah 0,61 persen sore ini.
Di jajaran saham-saham berkapitalisasi jumbo, sebagian besar parkir di zona merah. PT Amman Mineral International Tbk. (AMMN) menjadi segelintir yang menguat dengan kenaikan 1,52 persen. Kemudian disusul BBRI dan BYAN yang naik masing-masing 0,90 persen dan 0,28 persen.
Baca Juga
ASII menjadi big cap yang tergelincir paling dalam dengan pelemahan 3,33 persen. Kemudian TLKM dan HMSP menyusul dengan koreksi masing-masing 1,83 persen dan 1,67 persen.
Pilarmas Investindo Sekuritas dalam riset tengah hari menyebutkan bursa Asia terseret di zona pelemahan karena pasar tampak khawatir dengan kondisi perekonomian China yang tak kunjung menunjukkan sinyal penguatan signifikan meski kebijakan dari pemerintah telah digulirkan.
“Indikator-indikator ekonomi China kurang menggembirakan dan juga diselimuti gejolak real estat China-Evergrande yang mencari perlindungan kebangkrutan,” tulis Pilarmas.
Evergrande Group resmi mengajukan kebangkrutan di Amerika Serikat pada Kamis (17/8/2023) dan mengajukan perlindungan kebangkrutan Bab 15 di New York untuk berlindung dari para kreditor di AS, sembari mengupayakan kesepakatan restrukturisasi di negara lain.
Evergrande diketahui terlilit utang lebih dari US$300 miliar (sekitar Rp4.600 triliun) dan akan menjadi salah satu restrukturisasi terbesar yang pernah ada di China. Nasib kebangkrutan Evergrande juga bisa berdampak luas bagi sistem keuangan China yang bernilai US$60 triliun, dan dapat berdampak terhadap seluruh bank dan jutaan pemilik rumah.
Sementara itu, Perdana Menteri China Li Qiang mengatakan bahwa pemerintah akan bekerja untuk mencapai target-target ekonominya untuk tahun ini, dengan menyerukan untuk memperluas permintaan domestik dan meningkatkan konsumsi.