Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas sedikit tergelincir pada akhir perdagangan Jumat pagi WIB, setelah data inflasi AS untuk Juli meningkat seperti yang diprediksikan.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desember di divisi Comex New York Exchange tergerus 0,09 persen menjadi ditutup pada US$1.948,90 per ounce, setelah menyentuh tertinggi sesi di US$1.963,50 dan terendah di US$1.945,10.
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan Kamis (10/8/2023) bahwa IHK (Indeks Harga Konsumen) AS untuk semua konsumen perkotaan meningkat 0,2 persen pada Juli secara bulan ke bulan, dan naik 3,2 persen dalam basis tahun ke tahun, secara luas sejalan dengan ekspektasi.
Dalam laporan lain, Departemen Tenaga Kerja melaporkan bahwa permohonan untuk tunjangan pengangguran AS naik 21.000 menjadi 248.000 untuk pekan yang berakhir 5 Agustus, dari 227.000 minggu sebelumnya. Itu yang terbanyak dalam lima minggu.
Angka IHK AS konsisten dengan inflasi yang bergerak lebih rendah menuju target 2,0 persen Federal Reserve ketika investor menunggu indeks harga produsen Juli yang akan dirilis pada Jumat waktu setempat, menurut para analis pasar. Ini membuat perdagangan emas dalam kisaran yang ketat.
Harga emas awalnya menguat setelah rilis data inflasi AS, tetapi kenaikan itu memudar karena indeks saham utama melonjak dengan Dow Jones Industrial Average naik lebih dari 400 poin pada perdagangan pagi sebelum mundur kembali.
Baca Juga
"Puncak dolar mungkin terjadi, tetapi emas tidak akan melonjak jika Wall Street terus membeli saham," kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA.
Indeks dolar AS yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, naik 0,1 persen, menjadi 102,58. Imbal hasil pada obligasi pemerintah AS 10-tahun naik 7 basis poin pada 4,08 persen, menurut data FactSet.
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman September naik 9,00 sen atau 0,40 persen, menjadi ditutup pada 22,821 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Oktober terangkat 22,10 dolar AS atau 2,48 persen, menjadi menetap pada 914,80 dolar AS per ounce.