Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak global menahan kenaikan setelah Ukraina menyerang kapal Rusia pada akhir pekan lalu, menimbulkan risiko terhadap aliran komoditas Rusia seperti minyak mentah dan biji-bijian dari Laut Hitam.
Mengutip Bloomberg, Senin (7/8/2023), harga kontrak berjangka West Texas Intermediate (WTI) diperdagangkan mendekati U$83 per barel pada awal pekan ini setelah naik lebih dari 4 persen selama dua sesi sebelumnya.
Adapun WTI pada pukul 11.42 WIB terpantau turun 0,12 persen ke posisi US$82,72 per barel, sementara minyak Brent melemah 0,09 persen ke level US$86,16 per barel.
Pada Sabtu (5/8/2023), sebuah drone laut menghantam kapal tanker minyak berbendera Rusia yang memasok bahan bakar ke pasukan Moskow di Suriah. Serangan itu menyusul serangan lain terhadap kapal angkatan laut pada Jumat (4/7/2023).
Perang dapat mengancam ekspor komoditas Rusia melalui Laut Hitam, rute yang menyumbang 15 persen hingga 20 persen dari minyak yang dijual oleh produsen OPEC+ setiap hari di pasar global dan sebagian besar biji-bijian gandum produksi Rusia.
“Serangan drone angkatan laut Ukraina terhadap kapal tanker Rusia selama akhir pekan memang membuat kegelisahan di pasar yang sudah berurusan dengan pengetatan pasokan. Kondisi ini meredakan kekhawatiran atas kemungkinan resesi AS telah menambah kenaikan harga baru-baru ini.” kata Vandana Hari, pendiri Vanda Insights di Singapura.
Baca Juga
Minyak menutup kenaikan mingguan keenam minggu lalu, kenaikan beruntun terpanjang sejak Juni 2022. Minyak berjangka telah menghapus kerugian tahun ini setelah pemotongan pasokan dari Arab Saudi dan Rusia, yang menyebabkan pengetatan pasar.
Pada Sabtu, Arab Saudi menaikkan hampir semua harga minyak untuk kontrak bulan September ke Asia dan Eropa.
Polandia juga telah menghentikan pengiriman minyak melalui bagian barat pipa Druzhba yang mengirimkan minyak mentah ke Jerman setelah kebocoran terdeteksi Sabtu malam, menurut laporan PERN. Operator pipa Polandia berencana untuk melanjutkan pemompaan pada Selasa (8/8/2023) pagi.