Bisnis.com, JAKARTA – PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. (SRTG) mencatatkan pendapatan dividen sebesar Rp1,5 triliun, naik 9 persen dibandingkan periode sama tahun lalu.
Sebagai perusahaan investasi, pada semester I-2023 Saratoga mencatatkan net asset value (NAV) sebesar Rp47,5 triliun. Posisi tersebut turun 20,3 persen dibanding periode semester I/2022 yang tercatat sebesar Rp60 triliun.
Berdasarkan laporan keuangan, SRTG mencatatkan rugi periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik perusahaan sebesar Rp12,21 triliun hingga semester I/2023. Posisi tersebut berbalik dari laba bersih Rp3,31 triliun pada semester I/2022.
Rugi disebabkan oleh pengusutan pendapatan neto atas investasi pada saham dan efek ekuitas lainnya yang tercatat menjadi minus Rp15 triliun dari sebelumnya untung Rp2,7 triliun.
Direktur Investasi Saratoga Devin Wirawan menjelaskan perusahaan secara konsisten terus mengoptimalkan setiap peluang investasi baru sebagai langkah strategis untuk menjaga pertumbuhan nilai investasi dalam jangka panjang.
“Sebagai negara dengan populasi yang terus bertumbuh dan didukung oleh potensi sumber daya alam yang tinggi serta perekonomian yang tumbuh positif, Indonesia tetap menawarkan peluang investasi yang sangat menarik,” jelas dia dalam keterangan resmi, Minggu (30/7/2023)
Baca Juga
Oleh karena itu, lanjutnya, Saratoga akan terus memperkuat investasinya di sektor-sektor penggerak ekonomi yang bernilai strategis bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan.
Devin menambahkan Saratoga berkomitmen untuk terus memperkuat portofolio investasi yang sudah ada khususnya pada infrastruktur digital dan energi terbarukan, serta melanjutkan diversifikasi investasi pada sektor lainnya seperti pelayanan kesehatan dan produk konsumen melalui kerja sama dengan mitra strategis.
Sementara itu, Direktur Keuangan Saratoga Lany D. Wong mengungkapkan sepanjang semester I-2023, Saratoga mampu mempertahankan rasio biaya dan utang yang sehat dengan biaya operasional sebesar 0,5 persen dari NAV dan loan to value sebesar 1,1 persen.
“Selain dari arus kas yang kuat, kondisi ini juga dapat tercapai karena Saratoga senantiasa menjalankan strategi dengan prinsip kehati-hatian dalam operasional dan pengelolaan modal,” katanya.
Di tengah tingkat suku bunga yang masih tinggi, lanjutnya, Saratoga menurunkan beban bunga di semester I-2023 sebesar 53 persen dibanding dengan semester I/2022 melalui inisiatif pengurangan utang. Posisi utang bersih perusahaan pada periode ini adalah Rp507 miliar dibandingkan Rp688 miliar pada akhir 2022.
Lany menjelaskan, pada periode ini harga saham di sejumlah portofolio Saratoga mengalami penurunan. Seperti saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO) dan PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA). Hal ini kemudian berdampak pada nilai NAV dan posisi laba/rugi perusahaan.
Namun demikian, Lany menegaskan, nilai kerugian yang tercatat pada semester I-2023 ini sebagian besar merupakan kerugian yang belum direalisasikan dan hanya tercatat di laporan laba/rugi.
“Perlu dipahami bahwa sebagai perusahaan investasi, Saratoga selalu melakukan penyesuaian nilai setiap portofolio secara mark to market.,” ungkap Lany.
Nilai investasi portofolio Saratoga yang sudah listed dipengaruhi oleh banyak faktor mulai dari peningkatan inflasi, suku bunga, dan pergerakan harga komoditas. Saratoga senantiasa siap dengan strategi yang komprehensif dan terukur untuk menghadapi situasi yang menantang.
Pada semester I/2023, Saratoga masih membagikan dividen tunai untuk tahun buku 2022 sebesar Rp1 triliun atau sekitar Rp75 per saham yang menghasilkan dividen yield sebesar 4,4 persen Jumlah dividen tunai tersebut meningkat 28 persen dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp810 miliar atau Rp60 per saham.