Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar AS Usai The Fed Angkat Suku Bunga

Dolar AS jatuh terhadap sekeranjang mata uang lainnya pada Kamis pagi WIB, setelah Federal Reserve atau The Fed menyampaikan kenaikan suku bunga.
Ilustrasi Rupiah. Bank Indonesia (BI) mengungkapkan rencana implementasi redenominasi rupiah. JIBI/Bisnis.com
Ilustrasi Rupiah. Bank Indonesia (BI) mengungkapkan rencana implementasi redenominasi rupiah. JIBI/Bisnis.com
Live Timeline

Bisnis.com, JAKARTA - Dolar AS jatuh terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Kamis pagi WIB, setelah Federal Reserve atau The Fed menyampaikan kenaikan suku bunga.

Indeks dolar AS, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya turun 0,49 persen menjadi 100,9027 pada akhir perdagangan.

Mengutip dar Antara, Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada Rabu (26/7/2023), seperti yang diperkirakan pada kisaran 5,25 persen hingga 5,50 persen.

Inflasi AS tetap jauh di atas target bank sentral sebesar dua persen, Ketua Fed Jerome Powell mengatakan pada Rabu (26/7/2023), akan membutuhkan waktu untuk menurunkan kembali kenaikan harga-harga. "Proses menurunkan inflasi menjadi dua persen masih jauh."

The Fed mengatakan akan terus menilai informasi tambahan dan implikasinya terhadap kebijakan moneter. Hal itu mengindikasikan pertemuan FOMC berikutnya bisa menjadi kenaikan lain atau bisa jeda atau lewati lagi. Banyak analis memperkirakan The Fed kemungkinan akan selesai untuk siklus ini.

"Perhatian sekarang tertuju pada apakah FOMC akan memberikan kenaikan 25 basis poin tambahan tahun ini atau tidak," kata Michael Brown, Analis Pasar di Trader X, dikutip dari Antara Kamis (27/7/2023).

Imbal hasil obligasi pemerintah AS dua tahun stabil di sekitar 4,9 persen dan imbal hasil 10 tahun mendekati 3,9 persen, serupa dengan level yang dipegang sebelum pernyataan tersebut.

Sementara itu, laporan harga konsumen Juni menunjukkan perlambatan inflasi menjadi 3 persen dari puncaknya 9,1 persen tahun lalu, para pembuat kebijakan telah menyatakan keprihatinan tentang apa yang disebut inflasi "inti", tidak termasuk makanan dan energi, yang turun lebih lambat.

FOMC memilih inflasi sektor jasa khususnya sebagai kategori yang mereka yakini tetap tinggi karena ketatnya pasar tenaga kerja.

Pejabat Fed juga terkejut dengan ketahanan pertumbuhan ekonomi. Analis mengharapkan laporan triwulan pada produk domestik bruto (PDB) yang akan dirilis pada Kamis untuk menunjukkan ekonomi AS berkembang sebesar 1,8 persen secara tahunan pada periode April hingga Juni.

Beberapa ekonom Wall Street telah menolak seruan untuk resesi tahun ini mengingat kekuatan berkelanjutan dalam aktivitas ekonomi di samping tekanan harga yang surut.

FOMC selanjutnya akan menggelar pertemuan 19 September dan 20 September dan dilanjutkan pada 31 Oktober dan 1 November.

Ketua The Fed, Jerome Powell juga akan memiliki kesempatan untuk mengklarifikasi pandangan bank sentral tentang jalur suku bunga di masa depan pada simposium tahunan Kansas City Fed di Jackson Hole, Wyoming, pada akhir Agustus.

"Ke depan, kami akan terus mengambil pendekatan yang bergantung pada data dalam menentukan sejauh mana penguatan kebijakan tambahan yang mungkin tepat," kata Powell pada konferensi pers pasca pertemuan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Pandu Gumilar
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper