Bisnis.com, JAKARTA - Saham PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT) keluar dari daftar saham BUMN pilihan, IDX BUMN 20. Saham WSKT digantikan oleh PT Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk. (JKON).
Bursa Efek Indonesia (BEI) telah melakukan evaluasi indeks. Salah satunya IDX BUMN 20, yang memasukkan nama baru JKON, dan mendepak saham WSKT.
"Periode efektif indeks baru pada 3 Agustus 2023 sampai dengan 2 Februari 2024," jelas BEI dalam pengumumannya.
Pada penutupan perdagangan Kamis (27/7/2023), IHSG berada di level 6.896,66. Sepanjang 2023, IHSG naik 0,67 persen. Sementara itu, IDX BUMN 20 berada di level 405,24. Sepanjang tahun berjalan IDX BUMN 20 naik 0,59 persen.
Berikut daftar saham IDX BUMN 20 terbaru.
- ADHI
- AGRO
- ANTM
- BBNI
- BBRI
- BBTN
- BJBR
- BMRI
- BRIS
- ELSA
- JKON (baru)
- JSMR
- MTEL
- PGAS
- PTBA
- PTPP
- SMGR
- TINS
- TLKM
- WIKA
PROSPEK SAHAM KONSTRUKSI
Keluarnya WSKT dari daftar IDX BUMN 20 tak lepas dari prospek sektor konstruksi yang menantang pada tahun ini.
Baca Juga
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Martha Christina, mengatakan sektor konstruksi pada 2023 memang cukup menantang karena tersengat sejumlah faktor, mulai tingginya tingkat suku bunga hingga pilihan pembiayaan yang terbatas.
“Karena dari sisi suku bunga yang cukup tinggi, sehingga membuat beban bunga meningkat. Selain itu opsi pembiayaan juga semakin terbatas dengan kebijakan moneter yang ketat,” ujarnya saat dihubungi Bisnis, Senin (24/7/2023).
Selain itu, kehadiran warsa politik yang berlangsung sejak tahun ini dan bakal berlanjut hingga 2024 juga menjadi salah satu faktor penghambat.
Menurut Martha, keberadaan tahun politik membuat pemilik kontrak cenderung wait and see, terutama pihak swasta yang akan lebih menahan diri hingga mendapatkan kepastian pada tahun depan.
Di sisi lain, meningkatnya anggaran infrastruktur dinilai dapat menjadi katalis positif bagi sektor ini. Menyitir laporan Data Indonesia, pemerintah mengalokasikan anggaran infrastruktur sebesar Rp392 triliun di dalam APBN 2023, meningkat 7,75 persen dari tahun lalu.
“Saya melihat sektor ini menarik dilirik untuk tahun depan, seiring rencana infrastruktur dan pemerintah yang baru. Namun, untuk semester dua, diperkirakan pergerakan harganya terbatas,” tutur Martha.
___
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.