Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Aliran Dana Asing ke Pasar SBN Diprediksi Makin Deras Semester II/2023

Sepanjang tahun berjalan, aliran dana asing ke SBN mencapai lebih dari Rp82 triliun hingga Juni 2023.
Investor menunjukan aplikasi reksadana yang menjual Surat Berharga Negara di Jakarta, Rabu (6/7/2022). Bisnis/Abdurachman
Investor menunjukan aplikasi reksadana yang menjual Surat Berharga Negara di Jakarta, Rabu (6/7/2022). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA - Aliran dana asing ke pasar Surat Berharga Negara (SBN) diprediksi semakin deras pada semester II/2023. Sepanjang tahun berjalan, aliran dana asing ke SBN mencapai lebih dari Rp82 triliun hingga Juni 2023.

Hal tersebut kontras dengan dana asing di pasar saham yang kurang dari Rp20 triliun pada periode yang sama. Porsi dana asing dalam SBN diperkirakan masih lapang dengan porsi saat ini hanya sebesar 15 persen dari total SBN beredar. 

Dari sisi pasokan, pemerintah membutuhkan dana Rp205 triliun yang bersumber dari penerbitan SBN pada semester II/2023 akibat keandalan pengelolaan fiskal. Kebutuhan dana yang terbatas akan mengurangi pasokan instrumen baru di pasar sehingga minat tinggi pelaku pasar dapat memberikan peluang bagi surat utang untuk menguat. 

Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto mengatakan investor asing akan lebih banyak masuk ke Indonesia, apalagi jika kondisi global lebih stabil.

"Terlihat asing mulai melirik kembali pasar [SBN] kita karena kondisi makroekonomi Indonesia stabil dan likuiditas dalam negeri yang masih baik," ujar Ramdhan kepada Bisnis pada Selasa, (11/7/2023).

Prospek kinerja makroekonomi dari sisi inflasi yang melandai yakni 3-4 persen secara tahunan dan suku bunga acuan yang sudah mencapai puncak menjadi pertimbangan utama bagi investor asing melirik SBN di tengah ketidakpastian akibat pemulihan pascapandemi.

Menurutnya, sentimen jelang Pemilu 2024 tidak berpengaruh signifikan terhadap prospek dana asing ke pasar SBN, karena pengaruh terbesar justru datang dari sentimen ketidakpastian global seperti suku bunga The Fed dan inflasi.

"Beberapa kali pemilu kondisi ekonomi dan makro stabil. Masuknya asing akan menambah likuiditas pasar, sehingga potensi pasar menguat semakin besar dan yield mengecil," kata Ramdhan.

Secara year-to-date (ytd), yield SBN turun rata-rata sebesar 7,55 bps di seluruh tenor dengan non-residen mencatatkan net buy sebesar Rp84,70 triliun ytd.

Senada, Chief Investment Officer Manulife Aset Manajemen Ezra Nazula mengatakan imbal hasil obligasi 10 tahun dapat mengarah turun menuju level 6 persen.

"Kami tetap perkirakan imbal hasil 10 tahun akan dapat mengarah turun ke level 6 persen setelah The Fed selesai siklus suku bunga dan kondisi makro Indonesia juga terus terjaga melihat inflasi Indonesia juga perlahan terus turun," ujar Ezra kepada Bisnis.

Menilik data Investing, data historis imbal hasil obligasi Indonesia 10 tahun turun 8,73 persen secara year-to-date (ytd) dari posisi 6,924 pada 2 Januari 2023 ke level 6,319 pada 11 Juli 2023.

Ezra mengatakan, aliran dana asing diperkirakan akan masuk seiring dengan puncak  siklus suku bunga The Fed pada semester II/2023.

"Dengan penguatan dolar AS mereda dan cenderung untuk melemah setelah suku bunga mencapai puncak, maka aliran dana akan terus mengalir ke negara berkembang yang memiliki kondisi makro yang stabil seperti Indonesia," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rizqi Rajendra
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper