Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ramalan Analis di Tengah Ambisi Pemerintah Boyong UMKM IPO

Rencana pemerintah melalui Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) untuk memboyong lebih banyak pelaku usaha initial public offering (IPO)
Karyawan beraktivitas di dekat layar yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kantor PT Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Senin (6/3/2023). Bisnis/Suselo Jati
Karyawan beraktivitas di dekat layar yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kantor PT Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Senin (6/3/2023). Bisnis/Suselo Jati

Bisnis.com, JAKARTA – Rencana pemerintah melalui Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) untuk memboyong lebih banyak pelaku usaha melantai di bursa alias initial public offering (IPO) hingga akhir 2024, menuai respons positif dari kalangan analis. 

Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki diketahui berencana memboyong sedikitnya 8 UKM, yang mayoritas bergerak di sektor makanan dan minuman, untuk dapat IPO hingga tahun depan. Saat ini, dia menyebut sudah ada 2 UKM yang melantai di bursa.  

Salah satunya adalah emiten pengelola minuman Teguk, PT Platinum Wahab Nusantara Tbk. (TGUK). Emiten yang resmi listing pada Senin (10/7/2023) ini masuk ke dalam papan pengembangan dengan menyasar sektor barang konsumsi primer atau consumer non-cyclicals.

Teguk menetapkan harga IPO sebesar Rp110 per saham dengan jumlah saham baru yang diterbitkan mencapai 1,07 miliar. Dengan harga saham tersebut, dana segar yang bakal diraup TGUK diperkirakan mencapai Rp117,85 miliar.

Dari jumlah tersebut, perusahaan berencana menggunakan 60 persen dana IPO untuk belanja modal atau capital expenditure yakni pengembangan gerai dan penambahan gerai. Adapun sisa dana akan digunakan untuk modal kerja perusahaan.

Menurut Teten, Kementerian Koperasi dan UKM bakal terus mendorong perusahaan-perusahaan kecil menengah untuk melantai di bursa. Hal ini dikarenakan struktur ekonomi dalam negeri masih didominasi oleh sektor usaha mikro.

“Struktur ekonomi kita masih dominan ekor informal sampai 96 persen. Kami perlu terus memperkuat struktur ekonomi untuk menambah usaha di level menengah dan besar,” ujarnya kepada awak media di Gedung Bursa Efek Indonesia, Senin (10/7/2023).

Terkait dengan rencana pemerintah itu, Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani berpendapat bahwa beberapa emiten UMK di sektor food and beverages (F&B) memang tengah bergeliat usai ambles selama satu bulan lebih.

Dia pun menilai momentum dan kondisi pasar saat ini cukup baik bagi emiten yang bergerak di sektor F&B. Apalagi, secara umum sektor konsumen primer dinilai tahan banting di tengah ketidakpastian keuangan ataupun geopolitik, baik dari sisi global maupun domestik.

“Oleh karena itu, investor akan cenderung memilih emiten F&B yang dianggap sebagai defensive stock di sektor yang defensif,” ujarnya kepada Bisnis.

Dihubungi terpisah, Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas Roger MM juga memiliki pandangan yang serupa. Menurutnya, sektor F&B terbilang cukup stabil selama satu dekade terakhir dan pertumbuhannya pada tahun ini diperkirakan sekitar 5 – 7 persen.

“Untuk IPO memang perlu melihat prospek dari emiten dan terkait dengan sektornya. Mungkin untuk jangka panjang sektor konsumer sangat cocok. Ke depannya, tentunya sentimen Pemilihan Umum [Pemilu] bisa menjadi katalis positif bagi F&B,” tutur Roger.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dionisio Damara
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper