Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Bisnis-27 dibuka melemah pada perdagangan akhir pekan, Jumat (7/7/2023) sejalan dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang berada di zona merah. Mayoritas penghuni indeks melemah dengan koreksi terdalam pada saham AMRT dan ADRO.
Indeks hasil kerja sama Bursa dengan Bisnis Indonesia itu turun 0,35 persen 593,83 atau melemah 2,08 poin sampai pukul 09.00 WIB dan sempat mencapai level terendah di 592,80. Dari 27 konstituen, hanya 5 emiten yang menguat, kemudian 6 emiten stagnan dan mayoritas sisanya 16 emiten melemah daripada posisi terakhirnya kemarin.
Sampai dengan pukul 09.05 WIB, emiten ritel PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk. (AMRT) menjadi penghuni indeks dengan koreksi terdalam, yakni turun 2,19 persen ke harga Rp2.680. Kemudian PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO) menyusul dengan penurunan sebesar 2,40 persen.
MDKA terpantau melemah 1,76 persen. Begitu pula JSMR dan ITMG yang menyusul di belakangnya dengan koreksi masing-masing sebesar 1,51 persen dan 1,37 persen.
Di tengah pelemahan ini, PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk. (MTEL) atau Mitratel naik 0,74 persen. Ia bertengger di harga Rp680 bersama dengan AKRA yang menguat 0,70 persen ke harga Rp1.445 per saham.
Penghuni indeks lainnya yang menguat adalah BBNI, TLKM, dan INTP. Masing-masing naik 0,27 persen, 0,25 persen, dan 0,25 persen.
Baca Juga
IHSG di sisi lain terpantau melemah 0,23 persen ke 6.739 sampai pukul 09.10 WIB. Sebanyak 159 saham naik, 225 saham turun, dan 205 sisanya stagnan.
IHSG diperkirakan melemah dengan potensi pullback ke kisaran 6.680 menurut riset Phintraco Sekuritas. Pelemahan indeks-indeks global memperkuat kecenderungan pullback IHSG hari ini.
“Secara teknikal, IHSG memasuki resistance area bersamaan dengan kondisi overbought pada Stochastic RSI. Dengan demikian, untuk saat ini waspadai potensi pullback ke kisaran 6.680,” tulis mereka dalam riset.
Kondisi sektor ketenagakerjaan AS yang solid membangun spekulasi terhadap arah kebijakan suku bunga The Fed. Dalam FOMC terakhir, The Fed diyakini masih akan menaikkan suku bunga acuan, tetapi dengan kecepatan yang lebih lambat. Sementara itu, ECB masih dibayangi oleh perlambatan aktivitas ekonomi, terutama di sisi manufaktur dalam menentukan arah kebijakan moneternya.
Pasar tampaknya akan berhati-hati pada akhir pekan ini hingga awal pekan depan menjelang rilis data inflasi Amerika Serikat, Jerman dan China. Data tersebut merupakan salah satu faktor utama yang menjadi pertimbangan penetapan suku bunga acuan.