Bisnis.com, JAKARTA — Emiten sawit Grup Triputra PT Triputra Agro Persada Tbk. (TAPG) memperkirakan tren perbaikan produksi minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) akan berlanjut di sisa 2023. Kondisi ini diperkirakan diikuti dengan harga yang lebih baik daripada semester I/2023.
Corporate Secretary Triputra Agro Persada Joni Tjeng mengatakan produksi sawit pada semester I/2023 masih mengalami tahap pemulihan setelah mencapai titik produksi tertinggi pada 2022. Level produksi mulai pulih pada kuartal II/2023.
“Sementara itu, harga CPO memang mengalami koreksi pada awal 2023 dari titik tertinggi pada 2022. Namun tren harga CPO mulai membaik pada akhir kuartal II/2023 seiring dengan produksi minyak nabati global yang juga mengalami penurunan,” kata Joni dalam jawaban tertulis, Rabu (5/7/2023).
Manajemen TAPG sebelumnya mengestimasi harga CPO sepanjang tahun akan berkisar di 3.500 ringgit Malaysia sampai 4.000 ringgit Malaysia. Joni menambahkan harga CPO pada 2023 masih akan berada di level yang tinggi dibandingkan dengan rata-rata harga selama 5 tahun.
“Pada saat ini harga CPO terbantu dengan harga vegetable oil lain dan harga minyak mentah yang mengalami peningkatan akibat produksi minyak kedelai yang tidak setinggi perkiraan awal khususnya di Amerika Serikat dan Argentina. Adapun produsen crude oil khususnya OPEC+ mulai mengatur produksi mereka,” paparnya.
Di Bursa Derivatives Malaysia, harga penyelesaian (settlement price) CPO untuk kontrak September 2023 tercatat ditutup di 3.862 ringgit per ton pada 5 Juli 2023. Harga ini lebih rendah dibandingkan dengan sehari sebelumnya yang bertengger di 3.883 ringgit per ton. Meski demikian, harga ini masih lebih tinggi daripada posisi terendah pada Juni 2023 yang berada di 3.562 ringgit per ton.
Baca Juga
Joni menambahkan bahwa produksi CPO akan kembali pada siklus yang normal dengan perbandingan antara semester pertama dan kedua adalah 45 persen dan 55 persen. Pada kurun 2021—2022, kontribusi setiap semester cenderung seimbang di 50:50.
Dari sisi permintaan domestik, TAPG optimistis serapan dari pangan akan tumbuh, terutama menjelang Pemilu 2024. Tren ini akan diikuti permintaan sektor energi seiring dengan implementasi kebijakan B-35 dan potensi naik menjadi B-40.