Bisnis.com, JAKARTA – PT Amman Mineral Internasional Tbk. (AMMN) segera menyelesaikan proses penawaran umum (initial public offering/IPO) perdana saham hari ini, Rabu (5/6/2023). Aksi perusahaan tambang emas ini sekaligus menandakan IPO terbesar sepanjang 2023.
AMMN menawarkan hingga 6,32 miliar saham baru atau setara 8,80 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO. AMMN telah menyelesaikan periode penawaran awal atau bookbuilding pada 31 Mei-16 Juni 2023.
Kemudian, AMMN melakukan penawaran umum selama 3 Juli-5 Juli 2023 dengan mematok harga IPO Rp1.695 per saham. Alhasil, AMMN akan mengantongi dana segar Rp10,72 triliun. Setelah penawaran umum selesai, AMMN bakal resmi tercatat di Bursa Efek Indonesia pada Jumat, 7 Juli 2023.
Adapun para sekuritas yang bertindak sebagai penjamin pelaksana emisi efek IPO Amman adalah PT BNI Sekuritas, PT CLSA Sekuritas Indonesia, PT DBS Vickers Sekuritas Indonesia, dan PT Mandiri Sekuritas.
AMMN melalui anak usahanya PT Amman Mineral Nusa Tenggara, mengoperasikan tambang tembaga dan emas terbuka yang dikenal sebagai tambang Batu Hijau di Kecamatan Sekongkang, Kabupaten Sumbawa Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Tambang Batu Hijau memproduksi konsentrat tembaga berkadar tinggi yang sangat bersih serta mengandung emas dan perak sebagai mineral pengikutnya. Mineral ini merupakan bahan baku (feedstock) yang diminati oleh smelter di seluruh dunia. Per 31 Desember 2022, tambang Batu Hijau secara kumulatif telah memproduksi 9.400 Mlbs tembaga dan 9,5 Moz emas.
Baca Juga
Mengutip prospektus, AMMN mencatat penjualan bersih meningkat 117,9 persen menjadi US$2,83 miliar atau setara dengan Rp44,12 triliun (kurs Rp15.592 per dolar AS) pada akhir 2022 dari US$1,29 miliar pada akhir 2021.
"Peningkatan penjualan didorong oleh kenaikan volume penjualan tembaga dan emas," jelas Manajemen Amman dalam prospektus ringkas
Di samping itu, beban pokok penjualan Amman juga meningkat 84,3 persen menjadi US$1,19 miliar pada akhir 2022, dari tahun sebelumnya sebesar US$646,20 juta. Namun, dengan peningkatan pendapatan, Amman masih bisa mencetak laba kotor meningkat 151,0 persen menjadi US$1,63 miliar pada 2022, dari US$652,85 juta pada 2021.
Selanjutnya, Amman juga meraih laba sebelum pajak meningkat 222,5 persen menjadi US$1,40 miliar pada akhir 2022, dari tahun sebelumnya hanya US$436,58 juta. Lalu, beban pajak penghasilan meningkat 166,7 persen menjadi US$309,27 juta pada akhir 2022, dari US$115,96 juta pada akhir Desember 2021 dikarenakan kenaikan laba sebelum pajak untuk tahun buku akhir 31 Desember 2022.
Dengan demikian, Amman mencetak laba untuk tahun berjalan melesat 242,7 persen menjadi US$1,09 miliar atau setara dengan Rp16,99 triliun pada akhir 2022, dari laba US$320,61 juta pada akhir 2021.