Bisnis.com, JAKARTA — Hapsoro Sukmonohadi atau Happy Hapsoro melalui PT Nusantara Utama Investama akan menjadi pemilik saham mayoritas PT Bukit Uluwatu Villa Tbk. (BUVA) melalui private placement.
Akuisisi ini akan ditempuh dengan mekanisme konversi utang BUVA kepada Nusantara Utama Investama (NUI) yang telah jatuh tempo, menjadi kepemilikan saham melalui penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD) atau private placement. Utang BUVA yang dikonversi bernilai Rp754,40 miliar.
Nilai itu setara dengan 12.573.477.346 saham baru yang akan diterbitkan dengan nilai nominal Rp50 per saham dan harga Rp60 per lembar. Nilai totalnya mencerminkan 64,86 persen dari modal ditempatkan dan disetor BUVA setelah pelaksanaan PMTHMETD.
Nusantara Utama Investama merupakan kreditur baru BUVA setelah mengambil alih utang dari PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA). Bank milik Grup Djarum itu mulanya menjadi kreditur BUVA beserta anak usahanya, PT Bukit Lagoi sejak Desember 2011.
“Dampak PMTHMETD bagi BUVA adalah berkurangnya liabilitas jangka pendek menjadi Rp1,17 triliun dari sebelumnya Rp1,98 triliun pada 2022,” tulis manajemen BUVA setelah mendapatkan persetujuan para pemegang saham dalam rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST), Rabu (28/6/2023).
Ekuitas BUVA juga akan berbalik positif menjadi Rp659,88 miliar setelah private placement dari mulanya negatif Rp159,08 miliar. Setelah PMTHMETD, kepemilikan saham investor lama BUVA akan terdilusi sebesar 64,86 persen dan Nusantara Utama Investama akan menjadi entitas pengendali.
Baca Juga
Direktur BUVA Hendry Utomo menilai langkah Nusantara Utama Investama yang menyetujui konversi utang menjadi kepemilikan saham tidak terlepas dari kepercayaan akan prospek BUVA ke depan.
“Kami menilai setujunya Nusantara Utama Investama untuk konversi karena mereka percaya akan prospek industri pariwisata ke depan,” katanya, Rabu (28/6/2023).
Hendry juga menilai optimisme itu dilatarbelakangi oleh kemampuan BUVA untuk memanfaatkan peluang tersebut, serta mengembangkan bisnis ke depan bersama dengan baik.
“Tentunya konversi ini bagi kami mempunyai makna dan manfaat yang baik karena struktur permodalan kami sempat mengalami luka dalam akibat pandemi. Konversi ini tentunya memperbaiki struktur permodalan kami agar bisa tumbuh dan ekspansi ke depan,” kata dia.
Sebagai catatan, sebanyak 99,9 persen kepemilikan Nusantara Utama Investama dikempit oleh Basis Utama Prima, sementara sisanya oleh 0,01 persen oleh Bonny Harry. Happy Hapsoro merupakan pemilik manfaat Nusantara Utama Investama karena kepemilikan mayoritasnya atas Basis Utama Prima.
Basis Utama Prima bukanlah nama yang awam di pasar modal. Ia merupakan kendaraan investasi Happy Hapsoro atas sejumlah perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Selain menjadi pemilik langsung 28,51 persen saham PT Rukun Raharja Tbk. (RAJA), Happy Hapsoro juga memiliki porsi tak langsung melalui Basis Utama Prima sebesar 11,54 persen.
Emiten lain yang berada dalam payung investasi Basis Utama Prima adalah PT Red Planet Indonesia Tbk. (PSKT) dengan porsi kepemilikan mencapai 40 persen. Selanjutnya ada PT Archi Indonesia Tbk. (ARCI) dalam portofolio Basis Utama Prima. Per 31 Mei 2023, kepemilikan Happy Hapsoro secara tidak langsung berjumlah 6,17 persen.
ASET HOTEL BUVA
BUVA tercatat memiliki sejumlah portofolio di bisnis perhotelan seperti Alila Villas Uluwatu, Alila Ubud, Alila Manggis dan Alila SCBD. BUVA juga mengoperasikan sarana F&B dan Lifestyle, seperti Liberte, VK, Le Burger, Chao Chao, dan Savaya Bali.
Secara keseluruhan, pada 2022 BUVA membukukan pendapatan hotel Rp225,86 miliar, naik dari Rp61,42 miliar pada 2021, Rp67,90 miliar pada 2020. Namun, angka itu masih lebih kecil dari pendapatan hotel sebesar Rp299,36 miliar pada 2019.
Per Maret 2023, BUVA membukukan pendapatan hotel Rp67,89 miliar, naik dari Rp20,52 miliar dari posisi per Maret 2022. Perseroan juga berhasil memangkas rugi tahun berjalan menjadi Rp2,43 miliar pada kuartal I/2023 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp25,14 miliar.
“Dengan kembalinya aktivitas ekonomi masyarakat yang didorong oleh sektor pariwisata, Perseroan meyakini bahwa tahun 2023 akan menjadi sebuah momentum baru bagi BUVA,” kata Hendry.