Bisnis.com, JAKARTA — Bursa Efek Indonesia (BEI) memberi sinyal positif soal potensi penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) dengan nilai jumbo di atas Rp9 triliun pada paruh kedua 2023. Kehadiran IPO jumbo diharapkan dapat makin menyemarakkan transaksi saham yang cenderung lesu sepanjang semester pertama.
Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Iman Rachman mengatakan sejauh ini otoritas bursa tengah memproses pengajuan IPO dengan potensi nilai emisi di atas US$700 juta. Meskipun tidak memperinci calon-calon emiten yang akan melantai, dia meyakini kehadiran perusahaan-perusahaan ini bakal menambah pilihan investasi bagi investor.
“Hari ini sudah ada 3 perusahaan yang proceed dengan potensi penggalangan dana di atas US$700 juta atau di atas Rp9 triliun dan itu sangat besar. Jadi akan ada IPO jumbo yang akan menjadi katalis peningkatan perdagangan,” kata Iman saat berbicara tentang outlook semester II/2023, Rabu (28/6/2023).
Pencatatan saham oleh emiten baru pada 2023 tercatat telah menembus 44 perusahan dengan dana yang dihimpun sebesar Rp33,9 triliun. Jumlah perusahaan yang IPO pada 2023 ini makin mendekati target 2023 BEI yang dipatok sebanyak 57 perusahaan.
Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI Irvan Susandy mengemukakan tambahan jumlah perusahaan yang IPO sepanjang 2023 diikuti dengan arus masuk modal asing (net foreign inflow).
Berdasarkan data yang dihimpun BEI, posisi net buy per 31 Mei 2023 mencapai Rp20,58 triliun dengan perincian sebesar Rp6,62 triliun pada kuartal I/2023 dan Rp13,97 triliun pada kurun April—Mei 2023. Situasi ini berbalik dari net sell Rp8,90 triliun pada kuartal IV/2022.
Baca Juga
“Nilai transaksi harian memang turun, tetapi sudah ada sinyal positif. Misal dari asing yang net buy. Penurunan nilai transaksi juga dipengaruhi oleh investor ritel yang aktivitas transaksinya berkurang sejak kembali beraktivitas normal. Selain itu alokasi dana juga beralih ke belanja keperluan lain,” kata Irvan.
Senada dengan Iman, Irvan menambahkan sisi pasokan saham juga berpotensi makin menarik pada semester kedua karena potensi IPO bernilai besar.
“Dari sisi suplai, calon perusahaan tercatat proceed besar kami tunggu di semester kedua ini. Dengan IPO dengan nilai lebih dari US$700—US$800 juta akan membuat pilihan investasi dan transaksi makin banyak,” katanya.
Irvan juga menambahkan upaya peningkatan transaksi akan ditempuh dengan menambah investor ritel dan menggandeng investor institusi domestik. Selama kurun Januari—Mei 2023, nilai transaksi rata-rata investor institusi domestik hanya berjumlah Rp3,5 triliun, lebih rendah daripada 2022 Rp3,6 triliun.