Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas masih berpeluang menguat setelah naik tiga sesi beruntun karena investor mencerna prospek Federal Reserve atau The Fed yang hawkish tentang suku bunga.
Harga emas juga diopang penurunan dolar AS karena The Fed memilih menahan tingkat suku bunga pada pekan ini.
Harga emas paling aktif untuk pengiriman Agustus di divisi Comex New York Exchange, pada Jumat (16/6/2023) naik tipis US$0,50 atau 0,03 persen menjadi ditutup pada US$1.971,20 per ounce, setelah menyentuh level tertinggi sesi di US$1.980,40 dan terendah di US$1.965,40. Namun, harga emas turun 0,3 persen pekan ini.
"Ini sulit untuk emas karena Anda memiliki saham-saham yang terus meningkat dan Fed berbicara lebih hawkish. Tampaknya pasar yakin bahwa Fed hampir selesai dengan pengetatan karena semua orang masuk ke saham, yang meredam permintaan untuk tempat berlindung yang aman," kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA, mengutip Antara.
Pejabat bank sentral AS mengeluarkan nada hawkish dalam komentar pertama mereka sejak pertemuan The Fed minggu ini, karena laporan Fed mengatakan inflasi di bagian utama industri jasa tetap tinggi dan belum menunjukkan tanda-tanda pelonggaran.
Pada sebuah konferensi Jumat (16/6/2023) di Oslo, Norwegia, Gubernur Federal Reserve Christopher Waller mengatakan bahwa tekanan keuangan pada perbankan merupakan faktor yang akan diawasi oleh Fed dalam menentukan sikap kebijakan moneter yang tepat ke depan.
Baca Juga
"Inflasi tidak bergerak dan itu akan membutuhkan, mungkin, beberapa pengetatan lagi untuk mencoba menurunkannya," tambah Waller.
Di Ocean City, Maryland, Presiden Federal Reserve Richmond, Tom Barkin mengatakan dia merasa nyaman dengan kenaikan suku bunga lebih lanjut jika permintaan yang melambat tidak mengembalikan inflasi ke target 2,0 persen Federal Reserve dengan cukup cepat.
Dia memperingatkan bahwa menghentikan kenaikan suku bunga terlalu dini dapat menyebabkan inflasi yang lebih tinggi di kemudian hari.
Sementara itu, analis komoditas dan Founder Traderindo Wahyu Laksono menilai langkah The Fed untuk mempertahankan suku bunga dan rencana menaikkan 50 basis poin lagi merupakan kebijakan yang mendukung harga emas.
“The Fed harus membawa pesan hawkish demi kredibilitas menjaga inflasi dan sinyal ekonomi tidak terancam resesi walaupun ini menjadi jeda kenaikan pertama dalam 15 bulan,” kata Wahyu, Kamis (15/6/2023).
Dia mengatakan langkah tersebut diperlukan agar pasar tidak mengira penahanan sebagai sinyal ancaman ekonomi.
Emas kini diperdagangkan di rentang US$1.930—US$1.985 per troy ounce. Jika pelemahan berlanjut ke US$1.930, Wahyu memperkirakan emas akan berada di kisaran US$1.920—US$1.895 per troy ounce.
“Harga akan menantikan perkembangan data hingga pertemuan The Fed selanjutnya. Namun saya melihat peluang emas berada di atas US$2.000 per troy ounce akhir tahun tetap besar,” kata dia.
Analis Komoditas dan Mata Uang Lukman Leong memperkirakan perkembangan kebijakan The Fed terbaru bakal mengantarkan harga emas ke zona koreksi di kisaran US$1.850—US$1.860 per troy ounce. Meski demikian, peluang kenaikan jangka panjang tetap terbuka karena permintaan bank sentral.
“Permintaan bank sentral diperkirakan masih akan terus tinggi, hal ini bisa mendukung harga emas. Dan inflasi di AS diperkirakan masih akan terus turun, tetapi tidak pada kecepatan yang diharapkan the Fed,” kata Lukman.
Dia melanjutkan bahwa harga energi yang cenderung turun akan membawa inflasi utama makin rendah, tetapi sektor tenaga kerja AS masih sangat ketat. Kondisi itu dikhawatirkan akan menahan penurunan inflasi secara keseluruhan.