Bisnis.com, JAKARTA - Permintaan komoditas logam terancam perlambatan pertumbuhan ekonomi China. Sentimen tersebut turut membayangi prospek saham emiten logam.
Analis Indo Premier Sekuritas Erindra Krisnawan dan Reggie Parengkuan menjelaskan bahwa harga logam terkoreksi pada kuartal II/2023 tertekan oleh pelemahan data makro China, meskipun pertumbuhan AS tetap kuat dan ada ekspektasi The Fed menahan kenaikan suku bunga.
"Berdasarkan data perdagangan LME, kami melihat koreksi harga baru-baru ini lebih didorong oleh produsen yang mengadopsi posisi bearish," ungkap Analis Indo Premier Sekuritas dalam riset, Rabu (14/6/2023).
Data pertumbuhan makro China yang melemah pada April hingga Mei 2023 terlihat dalam pertumbuhan impor logam yang melemah, turun 15 persen yoy pada April dan mulai bergerak mendatar pada Mei 2023.
"Oleh karena itu, kecuali ada pelemahan lebih lanjut di China, kami melihat koreksi harga logam mungkin karena telah memperhitungkan ekspektasi perlambatan pertumbuhan ekonomi global," imbuh Analis.
Analis Indo Premier Sekuritas memperbarui perkiraan harga logam pada sepanjang 2023 dengan harga tembaga pada US$9.000 per ton, turun dari sebelumnya US$9.300 per ton. Kemudian, harga nikel diperkirakan tetap di US$22.000 per ton.
Baca Juga
Melihat proyeksi tersebut, Analis Indo Premier Sekuritas mempertahankan peringkat netral untuk sektor logam karena melihat kemungkinan pemulihan yang tidak pasti.
"Preferensi kami condong ke logam dengan paparan yang relatif lebih sedikit terhadap permintaan China yaitu INCO, ANTM, dan HRUM," ungkapnya.
Indo Premier Sekuritas merekomendasikan INCO Beli dengan target harga di Rp8.100 dengan adanya produksi nikel kelas-1. Kemudian saham ANTM mendapat rating Beli dengan target harga Rp3.000 karena adanya kontribusi dari bijih nikel yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan sejenis. HRUM mendapat rating Beli dengan target harga Rp2.200 karena adanya potensi kenaikan dari aset nikelnya.
_______
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.