Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah dunia bergerak menguat pada perdagangan hari ini, Senin (5/6/2023) seiring dengan sentimen pemangkasan produksi.
Harga dua jenis minyak dunia kompak menguat pukul 09.45 WIB, West Texas Intermediate Crude Oil (Nymex) menguat 1,12 persen atau 0,80 poin ke posisi US$72,52 per barel. Sementara itu, jenis Brent Crude (ICE) menguat 1,02 persen atau 0,78 poin ke posisi US$76,91 per barel.
Tim Analis Monex Investindo Futures (MIFX) mengatakan minyak berakhir menguat US$$1,75 pada akhir perdagangan hari Jumat (2/6/2023) karena Arab Saudi akan melakukan pemangkasan besar-besaran pada produksinya di bulan Juli. Hal itu dilakukan atas kesepakatan OPEC+ yang lebih luas untuk membatasi suplai hingga tahun 2024 karena kelompok ini berusaha untuk mendongkrak harga minyak yang lesu.
Di sesi Asia (5/6/2023), Monex melihat traders memiliki peluang untuk mengambil posisi buy pada produk minyak untuk menguji level resistance US$73,25 karena Kementerian energi Arab Saudi mengatakan bahwa produksi negara ini akan turun menjadi 9 juta barel per hari (bph) di bulan Juli, dari sekitar 10 juta bph di Mei, penurunan terbesar dalam beberapa tahun terakhir.
“Kenaikan lebih tinggi dari level resistance tersebut maka harga minyak berpeluang naik menguji level resistance selanjutnya US$73,60,” kata mereka dalam riset harian, Senin (5/6/2023).
Sebelumnya dalam pemberitaan Bloomberg, Menteri Energi Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman mengatakan pihaknya akan melakukan apa pun yang diperlukan untuk membawa stabilitas ke pasar ini (minyak mentah).
Baca Juga
“Karena harga minyak terpukul oleh prospek ekonomi yang lebih lemah, terutama di China. 23 negara sisanya tidak menawarkan tindakan tambahan untuk menopang pasar saat ini, tetapi berjanji untuk mempertahankan pemotongan yang ada hingga akhir 2024,” katanya, seperti dikutip Senin (5/6/2023).
Sebelumnya pula OPEC+ mengumumkan pengurangan pasokan mengejutkan sekitar 1,6 juta barel per hari pada awal April, tetapi sejak itu data ekonomi yang lemah dari China telah membebani minyak berjangka, yang turun 11 persen di pasar New York sepanjang Mei.