Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan berada di zona konsolidasi sepanjang Juni 2023 dan berpeluang menguat setelah tertekan sepanjang Mei 2023. Sejumlah sentimen eksternal akan menjadi faktor utama yang mempengaruhi indeks komposit.
Hingga 31 Mei 2023, IHSG ditutup di level 6.633,26. Angka tersebut mencerminkan koreksi sebesar 282,46 poin atau 4,08 persen dibandingkan dengan penutupan April 2023. Secara year to date (YtD), IHSG telah melemah 3,17 persen.
Head of Research Jasa Utama Capital Sekuritas Cheril Tanuwijaya mengatakan saat ini pelaku pasar diselimuti sentimen positif dari kesepakatan pemerintah Amerika Serikat untuk menaikkan batas utang. Pemerintahan Joe Biden juga telah menangguhkan pagu utang sebesar US$31,4 triliun hingga Januari 2024.
“Hal ini membuat kekhawatiran gagal bayar bisa diabaikan investor,” kata Cheril, Sabtu (3/6/2023).
Di sisi lain, pelaku pasar juga akan mencermati FOMC The Fed yang berlangsung pada 13—14 Juni 2023. Para investor sejauh ini masih belum bisa menyimpulkan arah kebijakan moneter Bank Sentral terkait suku bunga, apakah akan kembali menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin atau tidak.
Dari dalam negeri, Cheril memperkirakan pelaku pasar akan beradaptasi dengan penerapan ketentuan batas auto rejection bawah (ARB) menjadi 15 persen.
“Dengan demikian, IHSG berpotensi konsolidasi menguat dengan range 6.530–6.750,” katanya.
Jasa Utama Capital mengunggulkan saham-saham dari sektor konsumer pokok untuk Juni 2023. Rekomendasi saham mencakup UNVR dengan target harga Rp4.850, MYOR dengan target harga Rp2.800 dan INDF di harga Rp7.600. Emiten-emiten ini dijadwalkan menggelar rapat umum pemegang saham (RUPS) pada bulan ini.