Bisnis.com, JAKARTA — Emiten BUMN maskapai PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) akan menyelenggarakan paparan publik pada hari ini, Selasa (30/5/2023).
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra dalam undangannya menyebutkan emiten bersandi saham GIAA tersebut akan melaksanakan paparan publik (public expose) pada Selasa (30/5/2023). Surat tersebut ditujukan ke Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI) I Gede Nyoman Yetna.
Pada perdagangan sesi I, saham GIAA melonjak 9,84 persen atau 6 poin ke Rp67, mentok batas auto reject atas (ARA). Namun, saham GIAA masih turun 67,16 persen sepanjang 2023.
Dari sisi kinerja keuangan, Garuda Indonesia pada tiga bulan pertama tahun ini membukukan rugi bersih US$110,13 juta atau setara Rp1,61 triliun (kurs Rp14.685 per dolar AS). Meski demikian, pendapatan perseroan naik signifikan.
Pendapatan GIAA terpantau melonjak 72,2 persen yoy menjadi US$602,99 juta atau sekitar Rp8,85 triliun dibanding kuartal I/2022 sebesar US$350,15 juta.
Kenaikan pendapatan GIAA ditopang oleh pendapatan penerbangan berjadwal sebesar US$506,82 juta atau naik 87 persen serta komposisi pendapatan lainnya yang tumbuh sebesar 50 persen menjadi US$83,35 juta pada tiga bulan pertama 2023.
Baca Juga
Namun naiknya pendapatan, membuat beban usaha perseroan juga naik 14,98 persen menjadi US$605,18 juta, dibanding periode sama tahun 2022 sebesar US$526,33 juta. Beban usaha tersebut termasuk beban bandara, beban tiket, penjualan dan promosi, beban pelayanan penumpang, dan lain-lain.
Berdasarkan neraca, aset GIAA tercatat turun menjadi US$6,18 miliar hingga 31 Maret 2023 dibanding posisi akhir Desember 2022 sebesar US$6,23 miliar. Liabilitas perseroan naik menjadi US$7,82 miliar dibanding akhir 2022 sebesar US$7,77 miliar, sedangkan ekuitas naik menjadi US$1,64 miliar.
Irfan Setiaputra mengungkapkan bahwa pertumbuhan pendapatan usaha Garuda Indonesia pada kuartal I/2023 ini menjadi outlook positif tersendiri bagi kinerja usaha di sepanjang tahun 2023.
"Hal ini juga menjadi tindak lanjut dari dirampungkannya tahapan restrukturisasi perusahaan pada tahun 2022 lalu, di mana atas capaian restrukturisasi tersebut Garuda Indonesia secara kinerja operasi juga membukukan kinerja positif dalam kaitan laba usaha yang turut dikontribusikan oleh pencatatan laba buku hasil restrukturisasi," ujar Irfan dalam keterangan resmi Kamis, (4/5/2023) lalu.
Lebih lanjut Irfan menjelaskan, pencatatan rugi bersih perseroan pada tahun berjalan dipengaruhi oleh penerapan standar akuntansi PSAK 73 yang mengatur tentang pembukuan transaksi sewa pada beban operasi.
"Terlepas dari adanya penerapan PSAK tersebut, Garuda Indonesia secara fundamen operasional kinerja terus mencatatkan kinerja yang positif. Hal ini terlihat dari sejumlah indikator penting pada kinerja usaha baik dari sisi EBITDA, cash flow hingga peningkatan trafik penumpang," jelasnya.
Sementara itu, Menteri BUMN Erick Thohir menyebut Garuda Indonesia sedang mencari partner strategis setelah melakukan restrukturisasi. Salah satunya adalah bersama Indonesia Investment Authority (INA).
Erick mengatakan terdapat peluang yang terbuka untuk mendapatkan partner strategis bersama INA. Adapun INA juga dapat mengundang partner strategis untuk Garuda Indonesia.
“Sudah [mencari partner], tetapi dengan sekarang situasi isu-isu Amerika Serikat yang gagal bayar semua pasar juga nerveous,” ujar Erick di gedung Kementerian BUMN, Kamis (25/5/2023).
Lebih lanjut, dia mengatakan rencananya Garuda Indonesia akan bekerjasama dengan maskapai penerbangan yang dapat memberikan akses ke luar negeri. Beberapa diantaranya adalah Qatar dan Unit Emirat Arab (UEA).
Selain itu, rencananya Garuda akan lebih fokus dalam penerbangan untuk dalam negeri. Namun, Erick belum menyebut berapa jumlah partner strategis yang ditargetkan.
Dia juga menyebut Garuda Indonesia belum akan bergabung ke holding BUMN aviasi dan pariwisata PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero) atau InJourney dalam waktu dekat. Hal ini lantaran Garuda Indonesia baru saja menyelesaikan restrukturisasi.
Sebagai informasi, Garuda Indonesia telah menerima dana Penyertaan Modal Negara (PMN) senilai Rp7,5 triliun sebagai dukungan terhadap langkah penyehatan kinerjanya. PMN tersebut berkaitan dengan langkah rights issue sebanyak 39,7 miliar saham atau senilai Rp7,79 triliun.
Tahapan ini akan dilanjutkan dengan private placement. Garuda Indonesia akan melakukan pendistribusian saham dalam rangka konversi utang sebesar 25,8 miliar saham, atau senilai Rp5,05 triliun, termasuk di dalamnya realisasi Obligasi Wajib Konversi (OWK).