Bisnis.com, JAKARTA — PT Pertamina Hulu Energi (PHE) bakal fokus mendorong produksi untuk memenuhi kebutuhan energi primer Indonesia yang akan mencapai 200 juta ton pada 2050 mendatang.
Direktur Eksplorasi Pertamina Hulu Energi (PHE) Muharram Jaya Panguriseng mengatakan sektor minyak dan gas belum mengalami penurunan kebutuhan atau "sunset" di tengah adanya rencana untuk net zero emission dan penggunaan energi baru terbarukan pada 2050 mendatang.
Muharram menyebutkan realisasi energi primer Indonesia pada 2021 mencapai 210 juta ton setara minyak (mtoe), yang dikontribusi dari minyak, gas, batu bara, dan renewable energy. Sementara, pada 2050 kebutuhannya secara keseluruhan bisa menjadi 1.000 juta ton setara minyak.
Dia menjelaskan, dari kebutuhan energi 1.000 juta ton, renewable energy akan memasok 31 persen kebutuhan energi, sedangkan 69 persen lainnya masih akan disumbang dari batu bara 25 persen, minyak 20 persen, dan gas 24 persen.
"Namun, 20 persen minyak itu terhadap kebutuhan 1.000 juta ton, sama dengan 200 juta ton. Hampir sama dengan total kebutuhan energi sekarang 210 juta ton, sehingga dibutuhkan upaya kita untuk mencari sumber daya lebih besar," katanya saat Media Visit ke Bisnis Indonesia, Selasa (23/5/2023).
Di sisi lain, imbuhnya, jumlah cekungan atau kolam minyak di Indonesia yang menjadi wilayah kerja yang sudah dieksplorasi baru sekitar 20 persen.
Baca Juga
"Masih ada 80 persen yang belum disentuh, artinya peluang kita besar," ujarnya.
Adapun, strategi PHE untuk mendorong produksi pertama untuk daerah yang sudah dikerjakan oleh Pertamina, adalah dengan mempertahankan cekungan yang sudah ada dan melanjutkan eksplorasi di lokasi sekitar yang belum ditemukan untuk menjaga keberlanjutan dari ceruk yang sudah ada.
Kedua, dengan mencari cekungan raksasa dengan ukuran yang lebih signifikan. Salah satu upaya yang dilakukan antara lain dengan melakukan eksplorasi dan evaluasi di wilayah terbuka yang ditentukan Kementerian ESDM, yang belum menjadi wilayah kerja. PHE membuka kesempatan untuk mengakuisisi lokasi pengeboran minyak yang menarik dan melakukan aktivitas eksplorasi lebih lanjut.
"Ini sangat penting. Kalau kita bisa menemukan cekungan minyak raksasa itu, ke depan maka otomatis masa depan perusahaan bisa dipertahankan dan berorientasi pada masa depan ketahanan energi nasional," jelasnya.
Strategi ketiga, dengan melakukan partnership atau kemitraan. Muharram menegaskan, melakukan kemitraan dilakukan agar perusahaan bisa berbagi risiko, pengetahuan, teknologi, dan jika bisa dikerjakan lebih lanjut bisa berbagi biaya.
Pada 2022 PHE sendiri mencatatkan pertumbuhan produksi migas sebesar 7 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya, serta laba bersih sebesar US$4,67 miliar setara Rp69,17 triliun (kurs tengah BI Rp14.812 per dolar AS).
Selain itu, kontribusi nasional PHE juga semakin signifikan atas lifting minyak sebesar 68 persen dan lifting gas sebesar 33 persen dan produksi migas Pertamina telah melampaui 1 Juta BOEPD.
Adapun, realisasi investasi PHE pada 2022 mencapai sebesar US$3,2 miliar dan opex US$5,9 miliar dalam melaksanakan 689 sumur pengembangan, 638 workover, reaktivasi sumur dan waterflood, PHE menjadi kontributor penting dalam peran serta membangun ekonomi nasional kegiatan aktivitas hulu Migas.
Sepanjang 2022 juga mendapatkan 106 BD FID senilai US$3,5 miliar untuk mengelola cadangan sebesar 252 MMBOE.
Capaian eksplorasi juga sangat baik, dengan berhasil mencapai success ratio sebesar 65 persen dari 17 sumur eksplorasi dengan total temuan 2C sebesar 345 MMBOE.