Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Ditutup Menguat ke Rp14.890 per Dolar AS, Jauhi Rp15.000

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup menguat ke level Rp14.890 pada perdagangan hari ini, Senin (22/5/2023).
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup menguat ke level Rp14.890 pada perdagangan hari ini, Senin (22/5/2023). Bisnis/Himawan L Nugraha
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup menguat ke level Rp14.890 pada perdagangan hari ini, Senin (22/5/2023). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat ditutup menguat ke level Rp14.890 pada perdagangan hari ini, Senin (22/5/2023). Rupiah menguat bersama beberapa mata uang Asia lainnya.

Mengutip data Bloomberg pukul 15.00 WIB, rupiah ditutup menguat 0,27 persen ke Rp14.890 per dolar AS. Adapun indeks dolar AS melemah 0,15 persen ke 103,05.

Sementara itu, mata uang lain di kawasan Asia ditutup bervariasi. Yen Jepang naik 0,03 persen, dolar Singapura turun 0,07 persen, dolar Taiwan turun 0,17 persen, won Korea Selatan naik 0,61 persen, dan peso Filipina turun 0,29 persen.

Kemudian rupee India turun 0,21 persen, yuan China melemah  0,27 persen, ringgit Malaysia turun 0,31 persen, dan baht Thailand turun 0,34 persen.

Sebelumnya, Macro Strategist Samuel Sekuritas Lionel Priadi memperkirakan rupiah dapat bergerak terkonsolidasi di rentang Rp14.850-Rp14.950 pada hari ini, Senin (22/5/2023). 

Menurutnya, sentimen datang dari inflasi CPI Jepang yang naik sesuai konsensus pada bulan April menjadi 3,5 persen yoy. Hal yang sama juga terjadi pada inflasi inti CPI Jepang yang naik menjadi 3,4 persen yoy 

"Menurut kami, Hal ini merupakan pertanda positif mengenai prospek ekonomi Jepang untuk lolos dari jebakan spiral deflasi yang berlangsung sejak krisis finansial Jepang tahun 1991. Kami memprediksi pasar saham Jepang masih akan berada dalam bullish rally minggu ini," tulis Lionel dalam risetnya.

Dari dalam negeri, sentimen datang dari Kementerian Keuangan yang menunda implementasi kenaikan tarif PPN menjadi 12 persen hingga 2025. 

Meskipun ada penundaan, rasio pajak terhadap PDB 2024 diperkirakan akan mencapai 9,91-10,18 persen yang lebih tinggi dari target APBN 2023 sebesar 9,61 persen, tetapi lebih rendah dari rasio tahun 2022 sebesar 10,41 persen yang disebabkan tingginya harga komoditas akibat invasi Rusia ke Ukraina. 

"Menurut kami tindakan ini akan memiliki dampak positif terhadap ekonomi Indonesia yang lebih dari 50 persen ditopang oleh konsumsi dalam negeri," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper