Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Batu Bara Merosot, Begini Nasib Saham ADRO & ITMG Cs

Koreksi harga batu bara menyeret turun harga saham sejumlah emiten batu bara. Bahkan saham MBAP dan ITMG nyaris ARB.
Garibaldi Thohir, Presiden Direktur PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), di kediamannya di Jakarta, Indonesia. - Bloomberg/Muhammad Fadli
Garibaldi Thohir, Presiden Direktur PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), di kediamannya di Jakarta, Indonesia. - Bloomberg/Muhammad Fadli

Bisnis.com, JAKARTA - Harga batu bara Newcastle sempat anjlok hampir 6 persen membuat harga saham emiten batu bara di Indonesia ikut merosot. 

Pada perdagangan Jumat (19/5/2023), harga batu bara ICE Newcastle untuk kontrak Mei 2023 turun mencapai 5,9 persen menjadi US$159,35 per ton. Adapun, untuk kontrak Juni dan Juli 2023 sempat turun lebih dari 10 persen. 

Harga batu bara ICE melemah 16,47 persen dalam sebulan terakhir dan secara year-on-year terkoreksi hingga 58,25 persen. 

Penurunan harga batu bara turut menyeret turun harga saham batu bara di Indonesia, hingga beberapa di antaranya menyentuh Auto Reject Bawah (ARB). 

Saham PT Mitrabara Adiperdana Tbk. (MBAP) misalnya, turun 6,99 persen atau 360 poin ke Rp4.790 per saham. Selain itu, PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG) terpantau turun 6,08 persen atau 1.600 poin ke Rp24.700 pada akhir perdagangan kemarin. 

Saham batu bara lainnya yang turun tajam ada PT Indika Energy Tbk. (INDY) yang turun 5,58 persen ke Rp1.860, disusul PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO) yang turun 5,12 persen ke Rp2.410, dan PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) yang turun 4,59 persen ke Rp3.120. 

Bank Dunia mengatakan harga dan permintaan batu bara diperkirakan akan menurun dalam jangka menengah. Rata-rata harga batu bara tahunan diperkirakan akan turun pada 2023 dibandingkan dengan pada 2022, tetapi masih jauh di atas rata-rata lima tahunnya.  

Pelemahan harga batu bara dipicu oleh produksi global mencapai titik tertinggi sepanjang masa pada 2022. China meningkatkan produksi sebesar 11 persen dibandingkan pada 2021, sementara produksi di India meningkat sebesar 16 persen.  

Di Amerika Serikat, produksi batu bara meningkat sebesar 3 persen pada 2022, meskipun terjadi penurunan konsumsi domestik dan kendala logistik. Sementara itu, di Indonesia, produksi meningkat hingga 4 persen di atas target tahunannya. 

Di sisi lain, produksi di Afrika Selatan mengalami penurunan karena kendala tenaga kerja dan transportasi kereta api.

Namun, penurunan harga batu bara dapat terhalang oleh pengalihan perdagangan lebih lanjut, yang akan meningkatkan biaya transportasi, dan kenaikan harga gas yang dapat mempengaruhi harga batubara karena substitusi antara kedua bahan bakar tersebut, khususnya pada sektor ketenagalistrikan.  

Sementara itu, dalam jangka panjang, risiko geopolitik dari invasi Ukraina yang meningkatkan tekad pemerintah untuk memfasilitasi transisi energi dari bahan bakar fosil meningkatkan ekspektasi bahwa permintaan batu bara global akan mencapai puncaknya pada 2023 dan stabil setelahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Farid Firdaus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper