Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Cicip Bisnis Nikel, Ini Proyeksi ITMG soal Harga Batu Bara 2023

PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG) memprediksi harga batu bara pada 2023 cenderung menurun terbatas dibandingkan tahun sebelumnya.
Peta operasi ITMG. PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG) memprediksi harga batu bara pada 2023 cenderung menurun terbatas dibandingkan tahun sebelumnya. Istimewa
Peta operasi ITMG. PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG) memprediksi harga batu bara pada 2023 cenderung menurun terbatas dibandingkan tahun sebelumnya. Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Emiten batu bara, PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG) memprediksi harga batu bara pada 2023 cenderung menurun terbatas dibandingkan tahun sebelumnya.

Adapun, dalam jangka panjang, ITMG berambisi menjadi perusahaan energi dengan diversifikasi bisnis ke pertambangan nikel, gasifikasi batu bara, hingga energi baru terbarukan (EBT). Hal itu sesuai dengan rencana pemerintah yang memacu energi hijau.

Direktur Komunikasi Korporat dan Hubungan Investor ITMG Yulius Gozali menuturkan harga batu bara global pada 2023 diperkirakan tidak akan setinggi pada 2022 yang sempat mencapai US$300-US$400 per ton. Namun, harga batu bara acuan Newscastle tidak akan jatuh terlalu rendah sehingga masih berada di bawah US$200 per ton.

Pada perdagangan Kamis (18/5/2023), harga batu bara Newcastle berada di level US$154 per ton. Harga tersebut cenderung turun dari akhir Maret 2023 di kisaran US$200 per ton.

"Untuk harga jugal batu bara (ASP) ITMG sendiri diperkirakan masih stabil di kisaran US$130-US$140 per ton pada 2023," ujarnya, Rabu (17/5/2023).

Pada kuartal I/2023, rerata harga jual (ASP) batu bara ITMG US$150,9 per ton, naik dari kuartal I/2022 US$150,4 per ton, tetapi di bawah triwulan sebelumnya kuartal IV/2022 US$198,1 per ton.

ITMG menargetkan penjualan batu bara 21,5 juta-22,5 juta ton pada 2023. Sekitar 78 persen dari target tersebut sudah dikontrak oleh pelanggan.

"Dari target volume penjualan 2023, sebanyak 37 persen harga jualnya telah ditetapkan, 41 persen mengacu pada indeks harga batu bara, sedangkan sisanya sebanyak 22 persen belum terjual," jelasnya.

Untuk volume produksi batu bara, ITMG menargetkan 16,6 juta-17 juta ton pada tahun ini. Per kuartal I/2023, ITMG merealisasikan produksi batu bara 3,8 juta ton, dan penjualan 4,5 juta ton. Menurut Mulianto, realisasi kinerja tersebut sudah sesuai target perusahaan di tengah curah hujan yang tinggi pada awal tahun.

Perincian penjualan batu bara pada kuartal I/2023 ialah China (1,4 juta ton), Indonesia (1,0 juta ton), Jepang (0,6 juta ton), Filipina (0,4 juta ton), Bangladesh (0,4 juta ton), serta negara-negara lain di Asia Timur, Asia Tenggara, dan Eropa.

Sementara itu, ITMG mencatatkan peningkatan pendapatan sepanjang kuartal I/2023. Akan tetapi, laba bersih ITMG tercatat turun menjadi Rp2,69 triliun selama 3 bulan 2023. 

Pendapatan ITMG naik 7,13 persen pada kuartal I/2023, menjadi US$685,5 juta atau setara Rp10,32 triliun (kurs Rp15.062 per dolar AS). Pendapatan ini meningkat dari kuartal I/2022 sebesar US$639,9 juta. 

ITMG tercatat menjual batu baranya ke pihak ketiga sebesar US$649,97 juta, naik dari kuartal I/2022 sebesar US$618,83 juta. Sementara itu, penjualan ke pihak berelasi sebesar US$37,6 juta, naik dari US$20,6 juta. Lini bisnis batu bara masih menjadi motor utama pendapatan.

Pendapatan bersih ini diperoleh dari anak usaha PT Indominco Mandiri (IMM) sebesar US$187,08 juta, PT Trubaindo Coal Mining (TCM) sebesar US$205,9 juta, PT Jorong Barutama Greston (JBG) senilai US$24,5 juta, PT Bharinto Ekatama US$302,5 juta, dan dari lainnya sebesar US$10,2 juta. 

Meningkatnya pendapatan ITMG juga turut menaikkan beban pokok pendapatan ITMG sebesar 37,9 persen, menjadi US$418,6 juta, dari US$303,6 juta secara tahunan. 

Beban pokok pendapatan ini naik akibat royalti yang meningkat 46,4 persen menjadi US$112,2 juta, dan biaya penambangan yang naik menjadi US$133 juta atau naik 43,07 persen. 

Peningkatan beban pokok pendapatan ini membuat laba kotor ITMG tergerus 20,64 persen menjadi US$266,9 juta, dari US$336,3 juta. Begitu pula dengan laba bersih ITMG yang turun 14,33 persen dari US$213,2 juta di kuartal I/2022, menjadi US$182,7 juta. Laba bersih ini setara Rp2,75 triliun. 

Yulius Gozali menyampaikan ada tiga faktor yang membuat laba bersih ITMG menurun pada kuartal I/2023, yaitu kenaikan beban bahan bakar karena naiknya harga minyak, peningkatan rasio pengupasan tanah, dan royalti batu bara.

"Biasanya kinerja kuartal I memang menurun, kemudian selanjutnya cenderung naik dan puncaknya pada kuartal IV," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper