Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas kembali melemah pada akhir perdagangan Rabu (17/5/2023), tetap berada di bawah level kunci US$2.000 dolar dan memperpanjang kerugian untuk sesi kedua berturut-turut.
Harga emas tertekan karena dolar AS menguat setelah pemerintahan Joe Biden menyatakan optimisme akan memiliki kesepakatan plafon utang yang lebih tinggi pada akhir pekan, mengutip Antara.
Harga emas paling aktif untuk pengiriman Juni di divisi Comex New York Exchange, merosot US$8,10 atau 0,41 persen menjadi US$1.984,90 per ounce, setelah menyentuh level tertinggi sesi di US$1.997,00 dan terendah di US$1.978,10.
Dolar naik ke level tertinggi tujuh minggu pada Rabu (17/5/2023) didorong oleh optimisme tentang kesepakatan untuk memperpanjang plafon utang dan mencegah gagal bayar AS dan di tengah putaran data ekonomi kuat yang menunjukkan penurunan suku bunga Federal Reserve bisa datang lebih lambat daripada lebih cepat.
Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya, naik setinggi 103,12, level terkuat sejak akhir Maret. Kenaikan indeks dolar diikuti kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS 10 tahun, menekan emas lebih lanjut.
Sementara inflasi terus turun, ekspektasi pasar untuk kenaikan suku bunga lain oleh Federal Reserve pada pertemuan Juni telah meningkat dalam beberapa hari terakhir, mengirimkan emas ke dalam koreksi.
Baca Juga
Departemen Perdagangan AS melaporkan Rabu (17/5/2023) bahwa pembangunan perumahan AS melonjak 2,2 persen ke tingkat tahunan 1,401 juta unit pada April setelah turun 4,5 persen ke tingkat revisi 1,371 juta pada Maret. Para ekonom memperkirakan perumahan yang mulai dibangun turun ke tingkat tahunan 1,405 juta dari laporan awal 1,420 juta untuk bulan sebelumnya.
Meskipun sentimen negatif menguasai emas untuk hari kedua setelah penurunan pertama di bawah 2.000 dolar AS dalam dua minggu, logam kuning terhindar menembus level dukungan 1.975 dolar AS yang menurut analis teknis akan sangat penting untuk memulihkan momentum kenaikan.
"Jika harganya di bawah 1.975 dolar AS, jalan akan terbuka untuk 1.965 dolar AS dan bahkan 1.942 dolar AS,” kata Sunil Kumar Dixit, kepala strategi teknis di SKCharting.com. "Selama tetap di atas level itu, ada kemungkinan untuk kembali ke 2.000 dolar AS dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi."
Investor sedang menunggu risalah pertemuan Mei dari Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang akan keluar Rabu depan (24/5/2023), angka produk domestik bruto pada Kamis (25/5/2023), dan data inflasi utama pada Jumat (26/5/2023).