Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Lagi Loyo, Saatnya Pilah-pilih Beli Saham Sektor Defensif

Saham-saham sektor defensif dinilai bisa menjadi pilihan investor untuk berinvestasi di tengah pergerakan lesu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Karyawati beraktivitas di kantor PT Bursa Efek Indonesia (BEI) pada hari pertama perdagangan saham tahun 2023 di Jakarta, Senin (2/1/2023). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawati beraktivitas di kantor PT Bursa Efek Indonesia (BEI) pada hari pertama perdagangan saham tahun 2023 di Jakarta, Senin (2/1/2023). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — Saham-saham sektor defensif dinilai bisa menjadi pilihan investor untuk berinvestasi di tengah pergerakan lesu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Sepanjang 2023 sampai dengan penutupan perdagangan Senin (15/5/2023), indeks komposit telah melemah 2,03 persen.

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Martha Christina menjelaskan pelemahan IHSG dipicu oleh penurunan harga komoditas yang menjadi pemberat pergerakan pasar. Selama Mei 2023, dia mencatat harga batu bara telah turun hampir 11 persen dan minyak mentah turun 6,8 persen.

Selain itu, harga komoditas logam industri seperti nikel telah jatuh 5,7 persen sepanjang Mei, sementara timah dan tembaga masing-masih turun lebih dari 4 persen.

“Pemicu pelemahan harga komoditas adalah data PMI manufaktur China yang turun melebihi ekspektasi. Selain itu ada pula sentimen perlambatan pertumbuhan global yang berlanjut,” terangnya pada Senin, (15/5/2023).

Sentimen yang berkembang saat ini dia nilai bakal menahan laju IHSG menuju level psikologis 7.000 pada penutupan semester I/2023. Dengan probabilitas yang terbatas dan dominasi sentimen negatif, dia memperkirakan IHSG akan bergerak terbatas di level 6.600—6.800.

Dia lantas menyarankan investor untuk lebih selektif dalam membeli saham maupun trading. Dalam hal pasar tengah mengalami tekanan, dia mengatakan sektor yang cenderung berperforma baik adalah sektor defensif seperti konsumer non-cyclical.

“Kami merekomendasikan saham MYOR dan ICBP,” katanya.

Analis BRI Danareksa Sekuritas Natalia Sutanto menyebutkan bahwa Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) mengestimasi industri makanan dan minuman tumbuh 6—7 persen pada 2023 dibandingkan dengan performa 2020—2022 yang hanya berkisar 1,5 persen hingga 4,9 persen.

Prospek pertumbuhan ini menjadi angin segar bagi emiten sektor konsumer mengingat belanja makanan di Indonesia menyumbang sekitar 50 persen pada total belanja setiap penduduk dan 16 persen di antaranya adalah makanan olahan.

“Untuk sektor konsumer, kami mempertahankan peringkat overweight. Harga gula yang tinggi masih jadi tantangan, tetapi kami melihat margin akan tetap kuat pada kuartal kedua 2023 karena harga gandum dan minyak nabati yang lebih landai,” tulisnya dalam riset.

Adapun saham-saham yang menjadi pilihan utama BRI Danareksa Sekuritas di sektor ini adalah MYOR dengan rekomendasi beli dan target harga Rp3.300. Kinerja Mayora diperkirakan makin kuat pada semester II/2023 didukung oleh ekspor dan meningkatnya jumlah uang beredar menjelang Pemilihan Umum 2024.

BRI Danareksa Sekuritas juga menyematkan rekomendasi beli untuk ICBP dengan target harga Rp12.600. Sentimen positif yang menopang Indofood adalah pemulihan penjualan mi instan yang didukung oleh penjualan lebih tinggi dari anak usahanya, Pinehill.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper