Bisnis.com, JAKARTA - Royalti emiten-emiten batu bara serentak meningkat selama kuartal I/2023, tak terkecuali bagi emiten batu bara favorit investor kawakan Lo Kheng Hong, PT ABM Investama Tbk. (ABMM).
Direktur ABM Investama Adrian Erlangga mengatakan royalti ABM Investama tidak naik terlalu banyak di kuartal I/2023, karena batu bara ABMM merupakan batu bara kalori rendah.
"Kalori batu bara yang kami miliki kalori rendah. Akibatnya, royaltinya naik tidak banyak," kata Adrian, dalam paparan publik ABM Investama, Jakarta, Rabu (10/5/2023).
Sebagai informasi, beban royalti batu bara ABMM sepanjang kuartal I/2023 meningkat 9,21 persen menjadi US$28,52 juta, naik dibandingkan kuartal I/2022 sebesar US$26,12 juta. Meski meningkat, peningkatan royalti ini tidak setinggi yang dialami emiten batu bara lainnya seperti INDY yang naik 183,78 persen, dan ADRO 94 persen.
"Kalau menurut saya royalti saat ini sudah cukup adil. Tetapi pemerintah harus sadar juga, kalau royalti dibayar di depan dan dipungut sebelum ekspor dilakukan, sebaiknya sih royalti ini disesuaikan, terutama dengan yang naik 27 persen," ujar Adrian.
Adapun sepanjang kuartal I/2023 ABMM membukukan total pendapatan yang naik 35,28 persen menjadi US$387,86 juta per akhir Maret 2023.
Baca Juga
Selain kenaikan pendapatan, emiten berkode saham ABMM itu mendapatkan tambahan pundi-pundi yang berasal dari bagian laba atas entitas asosiasi senilai US$48,58 juta pada kuartal I/2023. Selanjutnya, perseroan juga menikmati pendapatan dividen US$14,87 juta.
Alhasil, ABMM membukukan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada entitas induk senilai US$106,03 juta pada kuartal I/2023. Realisasi itu meroket 233,55 persen dibandingkan dengan US$31,78 juta periode yang sama tahun lalu.