Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Top 5 News Bisnisindonesia.di: Gagal Bayar Surat Utang AS Hingga Ambisi Emiten Pendatang Baru

Ulasan tentang efek domino risiko gagal bayar surat utang Amerika Serikat yang kini mengemuka menjadi salah satu pilihan Bisnisindonesia.id, Selasa (9/5/2023).
Ilustrasi-Canva
Ilustrasi-Canva

Bisnis.com, JAKARTA — Berkembangnya isu soal potensi gagal bayar surat utang Pemerintah Amerika Serikat menjadi ancaman serius bagi pasar surat utang global, tidak ketinggalan pasar surat utang Indonesia. Di tengah tantangan ini, investor disarankan untuk waspada.

Ancaman gagal bayar utang pemerintah Amerika Serikat kembali menjadi perhatian global. Perdebatan antara DPR AS, Senat, dan Presiden Joe Biden kian memanas terutama dalam membahas kenaikan pagu utang federal.

Menteri Keuangan (Menkeu) AS, Janet Yellen, mengatakan bahwa kegagalan kongres untuk menaikkan pagu utang pemerintah AS akan berimbas pada kenaikan suku bunga yang lebih tinggi di tahun mendatang.

Yellen mengatakan bahwa default atau gagal bayar pada utang AS akan mengakibatkan hilangnya pekerjaan dan mendorong beban kredit pemilikan rumah (KPR), kredit pemilikan kendaraan bermotor (KKB), dan kartu kredit menjadi makin tinggi.

Default akan mengancam kemajuan ekonomi yang telah dibuat Amerika Serikat sejak pandemi Covid-19. Default akan meningkatkan biaya pinjaman menjadi abadi. Investasi masa depan akan menjadi jauh lebih mahal.

Sementara itu, jika mencerna data pasar surat utang dalam negeri terkini, secara umum kondisi sejatinya masih relatif stabil. 

Ulasan tentang efek domino risiko gagal bayar surat utang Amerika Serikat yang kini mengemuka menjadi salah satu pilihan Bisnisindonesia.id, selain beragam kabar ekonomi dan bisnis yang dikemas secara mendalam dan analitik tersaji dari meja redaksi Bisnisindonesia.id.

Berikut intisari dari top 5 News Bisnisindonesia.id yang menjadi pilihan editor, Selasa (9/5/2023):

 

Bisnis Perhotelan Mulai Kembali Menggeliat Dilirik Investor

Investasi sektor perhotelan diproyeksikan melejit di tahun ini. Hal ini seiring pemulihan sektor perhotelan usai diterpa pandemi Covid-19. 

Hingga kuartal I tahun 2023, realisasi total investasi pada sektor perhotelan dan restoran di Indoensia mencapai Rp7,95 triliun, naik 11 persen dari periode yang sama tahun 2022 yang mencapai Rp7,23 triliun. 

Berdasarkan data Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), hotel dan restoran tidak masuk dalam lima besar sektor usaha yang menyumbang realisasi investasi terbanyak pada kuartal I tahun 2023. 

Adapun untuk realisasi investasi hotel dan restoran dari Penanaman Modal Asing (PMA) tercatat US$189,1 juta atau setara Rp2,77 triliun dengan kurs Rp14.659 dari total 3.129 proyek. Hal itu membuatnya bertengger di peringkat 15 dalam hal sektor usaha yang berkontribusi banyak terhadap realisasi investasi di Indonesia.

Kemudian, realisasi investasi hotel dan restoran dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) menempati peringkat 11 dengan capaian investasi Rp5,18 triliun dari total 6.267 proyek. Untuk diketahui, secara keseluruhan realisasi investasi di Indonesia tercatat sebesar Rp328,9 triliun pada kuartal I tahun 2023.Besaran nilai itu setara 23,5 persen dari target investasi tahun 2023 sebesar Rp1.400 triliun.

 

Menakar Efek Domino Bila AS Gagal Bayar Surat Utang

Di dalam negeri, Indeks Obligasi Komposit Indonesia atau Indonesia Composite Bond Index (ICBI) menguat 3,92 persen sepanjang tahun berjalan 2023 (year-to-date/ YtD)  atau 8,53 persen secara tahunan (year-on-year/ YoY) ke posisi 358,3823.

Secara YtD, yield SBN juga mengalami penurunan rata-rata 22,8 bps di seluruh tenor. Turunnya yield mencerminkan peningkatan harga, yang tentu mengindikasikan penguatan di pasar surat utang Indonesia. 

Lantas, bagaimana dampak sentimen negatif dari Paman Sam tersebut terhadap pasar obligasi Indonesia?

“Gagal bayar itu akan menyebabkan ketidakpastian global akan meningkat, karena negara sebesar AS tidak bisa menjaga surat utangnya, itu pasti akan berdampak juga ke Indonesia,” ujar Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas, Ramdhan Ario Maruto kepada Bisnis, Minggu (7/5/2023).

Dia menyoroti risiko dari sentimen tersebut terhadap pasar surat utang korporasi yang relatif lebih tinggi risikonya dibanding surat utang negara.  Menurutnya, gejolak ekonomi AS juga akan mempengaruhi minat korporasi untuk menahan penerbitan obligasi berdenominasi dolar AS.

Kendati demikian, dia mengatakan bahwa pasar obligasi Indonesia memiliki ketahanan yang cukup baik meskipun diterpa berbagai gejolak ekonomi global. Likuiditas investor, terutama dari perbankan, relatif solid untuk menopang pasar. 

 

El Nino dan Pukulan Bertubi Industri Sawit Dalam Negeri

Pukulan terhadap industri sawit dalam negeri belum juga berhenti. Setelah berurusan dengan regulasi terbaru Uni Eropa soal deforestasi, pertanian sawit mesti bersiap menghadapi dampak El Nino yang diproyeksi terjadi pada tahun ini.

Panas Tinggi atau El Nino di Samudra Hindia pada tahun ini diproyeksi akan berdampak pada menurunnya produktivitas tandan buah segar yang turut mempengaruhi crude palm oil atau minyak sawit mentah. 

Pun demikian, Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (Gimni) berharap semua pihak tidak terlalu mengkhawatirkan dampak fenomena El Nino terhadap industri sawit, khususnya minyak goreng.

Gimni justru menilai ada persoalan industri sawit yang krusial. Selain regulasi Uni Eropa soal deforestasi, masih banyak perkebunan sawit yang masuk kategori hutan, serta kondisi lesunya pasar global.

Direktur Eksekutif Gimni Sahat Sinaga mengatakan, bila curah hujan berada di level 3.000 milimeter per tahun dan matahari tetap bersinar antara 7-8 jam sehari, serta kelembaban udara bisa berada di sekitar RH 90-93  persen, pada dasarnya penyerbukan buah sawit akan baik.

Adapun, isu yang cukup mengganggu industri sawit adalah regulasi Uni Eropa yang menyatakan tidak akan menerima produk termasuk sawit yang berasal dari deforestasi. Saat ini, banyak perkebunan sawit yang masih remang-remang dan tidak jelas masa depannya, karena masih masuk kategori berada di kawasan hutan.

 

Pasar Mobil Asean Tumbuh Moderat, Ekspor Indonesia Melaju Kuat

Pasar mobil di Asean sepanjang kuartal pertama 2023 bertumbuh moderat. Sementara Filipina dan Malaysia menerakan angka pertumbuhan kuat. Sejauh mana Indonesia menangkap peluang ekspor?

Berdasarkan data Asean Automotive Federation (AAF), penjualan (wholesales) mobil di Asean pada Januari—Maret 2023 mencapai 869.853 unit, meningkat 4,3% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu di angka 833.825 unit.

Indonesia memimpin pasar dengan angka penjualan sebanyak 282.125 unit atau mengontribusi sebesar 32%, disusul Thailand sebanyak 217.073 unit (25%), Malaysia sebanyak 192.474 unit (22%), dan Filipina sebanyak 97.284 unit (11%).

Adapun dari aspek laju pertumbuhan, Filipina menjadi pasar dengan kenaikan penjualan paling tinggi sepanjang kuartal pertama 2023, yakni mencapai 30,1%. Filipina menjadi pasar terbesar keempat menyalip Vietnam yang mengalami perlambatan pasar.

 

Ambisi RAAM, TYRE, JATI, & DOOH Pacu Kinerja Usai IPO

Empat emiten yang resmi melantai di Bursa Efek Indonesia pada awal pekan ini masing-masing mematok target pertumbuhan kinerja keuangan yang tinggi tahun ini dengan bermodalkan suntikan dana segar dari hasil initial public offering (IPO).

BEI kedatangan empat emiten baru hari ini, Senin (8/5/2023). Keempat emiten tersebut yakni PT Tripar Multivision Plus Tbk. (RAAM), PT Era Media Sejahtera Tbk. (DOOH), PT King Tire Indonesia Tbk. (TYRE), dan PT Informasi Teknologi Indonesia Tbk. (JATI). 

Di pasar saham, kinerja keempatnya kompak menguat, bahkan RAAM, JATI, dan TYRE melaju hingga menyentuh auto rejection atas (ARA), masing-masing RAAM 24,79 persen menjadi Rp292, JATI 35 persen menjadi Rp135, dan TYRE 34,78 persen menjadi Rp186.

Sementara itu, DOOH menjadi saham paling fluktuatif di antara keempatnya. Usai dibuka, saham DOOH sempat melemah dari harga perdana di level Rp100 menjadi Rp93 atau turun 7 persen. Namun, tidak lama setelahnya segera bangkit hingga mencapai Rp132, sebelum turun lagi ke Rp109 hingga akhir sesi pertama.

Terlepas dari kinerja sahamnya di hari pertama, direksi keempat emiten tersebut masing-masing sudah membocorkan rencana dan target bisnisnya untuk tahun ini. Keempatnya kompak optimistis terhadap prospek kinerja masing-masing, meskipun kondisi ekonomi global dan domestik cukup menantang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nurbaiti
Editor : Nurbaiti
Sumber : Bisnisindonesia.id
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper