Bisnis.com, JAKARTA — Emiten farmasi PT Phapros Tbk. (PEHA), mencatatkan penurunan penjualan selama kuartal I/2023. Meski demikian, anak usaha PT Kimia Farma Tbk. (KAEF) tersebut tetap menargetkan pertumbuhan untuk 2023.
Selama Januari—Maret 2023, total penjualan bersih PEHA mencapai Rp260,97 miliar. Torehan tersebut turun 3,07 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada 2022 sebesar Rp269,25 miliar.
Obat generik berlogo (OGB) sebagai kontributor utama penjualan PEHA tercatat tumbuh 8,72 persen secara tahunan dari Rp133,19 miliar menjadi Rp144,80 miliar. Kenaikan juga diperlihatkan obat resep segmen ethical yang tumbuh 3,33 persen YoY menjadi Rp76,88 miliar.
Namun segmen obat yang dijual bebas atau over the counter (OTC) mengalami penurunan sebesar 39,27 persen year on year (YoY) menjadi Rp34,04 miliar dari Rp56,07 miliar pada kuartal I/2022.
“Kontribusi terbesar disumbangkan oleh produk Dextamine yang tumbuh sebesar lebih dari 60 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu dan Pehacain Injeksi tumbuh lebih dari 37 persen,” kata Direktur Utama Phapros Hadi Kardoko dalam siaran pers yang dikutip Senin (1/5/2023).
Penurunan penjualan kumulatif turut berdampak ke kinerja bottom line Phapros. Per Maret 2023, laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk hanya sebesar Rp4,70 miliar atau turun 15,91 persen daripada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp5,59 miliar.
Baca Juga
Terlepas dari kinerja pada tiga bulan pertama, Hadi tetap berharap kinerja Phapros tetap tumbuh hingga akhir 2023 seiring dengan rencana peluncuran 8–10 produk baru dari beberapa kelas terapi, terutama di pilar etikal.
“Pertumbuhan di pilar etikal ini adalah salah satu strategi kami agar pada akhir 2023, portfolio produk baru Phapros akan terdiri dari lebih dari 60 persen branded dan sisanya generik,” paparnya.
Selain mengandalkan pilar etikal untuk pertumbuhan ke depan, Hadi menambahkan bahwa segmen penjualan ekspor juga memperlihatkan kenaikan pada kuartal I/2023 sebesar 45 persen. Dia mengatakan pasar ekspor masih terbuka cukup lebar bagi produk seperti multivitamin, antibiotik, antianalgesik, produk untuk menyamankan perjalanan, antialergi hingga antituberkulosis.
“Ini belum termasuk produk-produk obat dari kelas terapi lainnya serta alat kesehatan yang Phapros produksi bekerja sama dengan riset mitra-mitra universitas. Kami optimistis bisa meningkatkan pertumbuhan penjualan bersih pada akhir 2023 karena masih banyak negara-negara lain yang akan menjadi target Phapros,” jelas Hadi.
Pada 2022, PEHA mencetak pertumbuhan laba bersih sebesar 153,56 persen YoY dari Rp11,07 miliar pada 2023 menjadi Rp28,07 miliar pada 2022. Hadi mengatakan pertumbuhan laba pada 2022 sejalan dengan kinerja perusahaan yang ditopang dengan efisiensi operasional dan agresivitas penetrasi pasar melalui produk unggulan.
Sementara itu dari penjualan bersih, entitas holding BUMN farmasi itu mengantongi pertumbuhan 11,13 persen secara tahunan menjadi Rp1,16 triliun.
“Untuk terus meningkatkan performa hingga akhir tahun, kami telah menyiapkan beberapa strategi yang meliputi commercial excellence, operational excellence, organizational excellence, serta digitalisasi dan peningkatan kompetensi sumber daya manusia. Dengan menerapkan strategi tersebut, kami harap pertumbuhan Phapros tetap terjaga,” katanya.