Bisnis.com, JAKARTA — Emiten BUMN batu bara anak usaha MIND ID, PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) mencatatkan penurunan laba pada kuartal I/2023 akibat kenaikan beban pokok, terutama jasa tambang dan angkutan kereta api.
PTBA mencatatkan laba bersih Rp1,16 triliun pada kuartal I/2023, mengutip laporan keuangan per Maret 2023. Laba bersih tersebut turun 48,89 persen year on year (yoy) dari Rp2,27 triliun pada kuartal I/2022.
Sebetulnya PTBA berhasil mencatatkan pertumbuhan pendapatan menjadi Rp9,95 triliun pada kuartal I/2023, naik 21,35 persen yoy dari Rp8,2 triliun pada kuartal I/2022. Namun, beban pokok pendapatan melonjak 66,16 persen yoy menjadi Rp7,89 triliun dari sebelumnya Rp4,75 triliun.
Alhasil, laba bruto PTBA turun menjadi Rp2,05 triliun per Maret 2023, dibandingkan dengan Rp3,45 triliun per Maret 2022. Tingginya beban pokok menjadi komponen utama yang membuat laba PTBA menurun.
Komponen beban pokok pendapatan mencakup biaya produksi. Komponen yang terbesar ialah jasa penambangan Rp2,09 triliun per Maret 2023 dibandingkan Rp1,48 trilun per Maret 2022. Selain itu, jasa angkutan kereta api KAI naik menjadi Rp2,05 triliun pada kuartal I/2023, dibandingkan sebelumnya Rp1,28 triliun.
PTBA juga membayar royalti ke pemerintah senilai Rp1,29 triliun per Maret 2023, naik dibandingkan Rp489,65 miliar per Maret 2022. Adapun, komponen beban pokok lainnya seperti bahan bakar, gaji karyawan, hingga jasa pihak ketiga tidak ada yang mencapai Rp500 miliar.
Baca Juga
Sementara itu, dari sisi operasional PTBA mencatatkan pertumbuhan kinerja. Corporate Secretary PTBA Apollonius Andwie mengatakan perusahaan mencatatkan pertumbuhan produksi batu bara sebesar 7 persen secara year-on-year (yoy).
"Total produksi batu bara PTBA pada kuartal I/2023 mencapai 6,8 juta ton, tumbuh 7 persen dibandingkan kuartal I/2022 yakni sebesar 6,3 juta ton," ujarnya dalam keterangan resmi dikutip Jumat, (28/4/2023).
Kenaikan produksi tersebut seiring dengan melonjaknya volume penjualan batu bara sebesar 26 persen menjadi 8,8 juta ton. Pada kuartal I/2023, PTBA mencatat penjualan ekspor batu bara sebesar 3,6 juta ton atau naik 59 persen yoy dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Sementara itu, realisasi Domestic Market Obligation (DMO) tercatat sebesar 5,2 juta ton atau tumbuh 10 persen secara tahunan.
"Berbagai hal yang menjadi tantangan bagi perseroan di tahun ini, di antaranya adalah koreksi harga batu bara, fluktuasi pasar, hingga kondisi geopolitik. Harga Pokok Penjualan mengalami kenaikan, di antaranya karena biaya jasa penambangan, bahan bakar, royalti, angkutan kereta api," jelasnya.
Sebagai informasi, PTBA menargetkan produksi batu bara menjadi 41 juta ton untuk tahun 2023 atau naik 11 persen dari realisasi tahun 2022 yang sebesar 37,1 juta ton. Target angkutan pada 2023 juga meningkat menjadi 32 juta ton atau naik 11 persen dari realisasi angkutan tahun 2022 yang sebesar 28,8 juta ton.
Terkait volume penjualan batu bara tahun ini, perseroan menargetkan peningkatan penjualan menjadi 41,2 juta ton atau naik 30 persen dari realisasi penjualan batu bara tahun 2022 yang sebesar 31,7 juta ton.
"Karena itu, PTBA terus berupaya memaksimalkan potensi pasar di dalam negeri serta peluang ekspor untuk mempertahankan kinerja positif. Perseroan juga konsisten mengedepankan cost leadership di setiap lini perusahaan, sehingga penerapan efisiensi secara berkelanjutan dapat dilakukan secara optimal," pungkasnya.