Bisnis.com, JAKARTA — Harga aset kripto Bitcoin kembali turun di bawah level US$30.000 di tengah tren penurunan mata uang kripto, tertekan oleh inflasi Inggris yang sangat tinggi dan memicu kekhawatiran suku bunga yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama.
Baca Juga
Mengutip data Coinmarketcap.com pada Kamis (20/4/2023) pukul 17.33 WIB, harga Bitcoin turun 0,29 persen ke US$28.808 per koin. Adapun, harga Bitcoin sudah turun 1,24 persen selama 24 jam belakangan dan turun 4,72 persen dalam sepekan terakhir.
Selain Bitcoin, Ethereum juga tercatat turun 1,71 persen dalam sepekan dan token yang lebih kecil seperti Solana dan Avalanche mengalami penurunan yang lebih tajam.
Dilansir Bloomberg, sebagian besar penurunan terjadi setelah data harga konsumen Inggris pada Rabu menunjukkan inflasi tetap di atas 10 persen pada Maret, menambah tanda-tanda baru-baru ini bahwa bank sentral harus terus menaikkan biaya pinjaman.
Hal itu membuat para pedagang berhenti sejenak setelah Bitcoin melonjak sekitar 80 persen tahun ini, sebuah reli yang sebagian besar didorong oleh spekulasi bahwa penurunan suku bunga akan segera terjadi. Adapun, data dari Coinglass juga menunjukkan adanya aksi jual tiba-tiba yang memicu likuidasi posisi beli senilai US$175 juta di seluruh pasar kripto.
Sementara itu, indikator ekonomi dari AS bulan ini juga melemahkan anggapan bahwa krisis di antara bank-bank regional akan memaksa Federal Reserve untuk melonggarkan pengetatan kebijakan moneternya.
Inflasi AS menunjukkan tanda-tanda pelonggaran pada Maret, tetapi mungkin tidak cukup untuk mencegah pejabat Fed mengubah taktik. Selain itu, pekerja AS juga mencatat bahwa kenaikan upah lebih tinggi melampaui inflasi.
Kendati demikian, Kepala Riset di kustodian aset digital Copper, Fadi Aboualfa mengatakan kegelisahan akan suku bunga baru-baru ini diperkirakan tidak akan menghalangi reli kripto tahun ini melihat tingkat pendanaan positif.
“Dari apa yang kami perhatikan, banyak investor yang terus mengalokasikan dana ke Bitcoin. Namun secara fundamental tidak ada perubahan yang berarti,” kata Aboualfa, dilansir Bloomberg, Kamis (20/4/2023).