Bisnis.com, JAKARTA - PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk. (MTEL) atau Mitratel memastikan akan selektif dalam memanfaatkan anggaran belanja modal 2023, yang secara nilai lebih tinggi dibandingkan dengan anggaran belanja modal pada 2022.
Merujuk pada data yang dihimpun Bisnis, belanja modal Mitratel pada 2023 tercatat sebesar Rp7 triliun atau lebih tinggi 16,6 persen dibandingkan dengan 2022 yang sebesar Rp6 triliun.
Mengenai pemanfaatan belanja modal yang lebih besar, Direktur Investasi Mitratel Hendra Purnama mengatakan Mitratel senantiasa untuk tetap selektif dan berhati-hati dalam menggunakan anggaran capital expenditure (capex) yang ada.
Jika mengacu pada guidance Mitratel untuk 2023, kata Hendra, capex tersebut akan digunakan untuk mengejar pertumbuhan 4.000 tenant organic, 1,500 tenant inorganic dan penambahan 13.000 kilometer untuk serat optik.
“Adapun penggunaan capex tersebut tidak terlepas hanya pada menara telekomunikasi tetapi juga pada sejalan optik. Hal ini sejalan dengan cita-cita Kami untuk menjadi perusahaan infrastruktur digital,” kata Hendra kepada Bisnis, Rabu (19/4/2023).
Merujuk pada laporan info memo, Mitratel cukup agresif dalam menghubungkan menara yang dimiliki dengan serat optik.
Baca Juga
Pada 2022, Mitratel berhasil mendapatkan 25.194 km pesanan dan 6.012 km melalui proses akuisisi. Dengan serat optik yang dimiliki, sebagai perusahaan penyedia menara, Mitratel dapat mengintegrasikan wireless mobile system dengan jaringan konektivitas yang andal, sehingga operator dapat memberikan pengalaman yang lebih baik kepada pelanggan.
Adapun jumlah penyewa menara Mitratel pada 2022 sebanyak 52.006 penyewa atau tumbuh 22,1 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Pertumbuhan penyewa di luar Pulau Jawa tercatat sebesar 25 persen yoy, lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah pertumbuhan penyewa di Pulau Jawa yang mencapai 19 persen yoy.
Hal tersebut menunjukkan bahwa strategi Mitratel untuk ekspansi dan mengoptimalkan pertumbuhan di luar Jawa sesuai dengan strategi ekspansi dari operator seluler di Indonesia.
Hendra optimistis target penambahan jumlah penyewa hingga 4.000 penyewa secara organik dan 1.500 penyewa anorganik dapat tercapai pada tahun ini.
Target pertumbuhan tersebut, kata Hendra, didasarkan pada permintaan pasar dan pangsa pasar menara telekomunikasi yang masih akan terus tumbuh, dan kondisi pasar menara telekomunikasi yang akan makin terkonsolidasi ke depannya.
“Apabila rasional menara atas merger Indosat Ooredoo Hutchison sudah selesai dilakukan, permintaan akan kolokasi menara akan mulai normal, sedangkan availability untuk tower akuisisi makin berkurang karena sebagian besar tower sudah terkonsolidasi,” kata Hendra.
Mitratel, ujar Hendra, juga berharap rencana penggelaran dari pelanggan berlisensi lainnya (other licensed operator/OLO) dapat menghadirkan permintaan masif kepada Mitratel sebagai kolokasi atau built to suit (B2S) demi mengurangi kesenjangan cakupan antara OLO dan Telkomsel.