Bisnis.com, JAKARTA - Anak usaha PT Astra International Tbk. (ASII), PT United Tractors Tbk. (UNTR) membukukan peningkatan penjualan alat berat Komatsu pada kuartal I/2023.
Manajemen UNTR menjelaskan sampai dengan bulan Maret 2023, volume penjualan alat berat Komatsu tercatat sebanyak 1.791unit atau naik 6 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 1.694 unit.
Peningkatan penjualan alat berat didorong oleh peningkatan permintaan dari sektor pertambangan dan kehutanan. Dari total keseluruhan penjualan alat berat, sebesar 64 persen diserap sektor pertambangan, 15 persen diserap sektor konstruksi, 14 persen diserap sektor kehutanan, dan sisanya sebesar 7 persen ke sektor perkebunan.
Pendapatan UNTR dari penjualan suku cadang dan jasa pemeliharaan alat berat meningkat sebesar 24 persen menjadi Rp3,0 triliun.
Sementara itu, penjualan produk merek lainnya yaitu Scania meningkat dari 62 unit menjadi 218 unit, sedangkan penjualan produk UD Trucks turun dari 127 unit menjadi 89 unit. Penurunan penjualan UD Trucks disebabkan oleh adanya kendala pasokan produk dari prinsipal.
Secara keseluruhan pendapatan unit usaha mesin konstruksi naik sebesar 10 persen menjadi Rp10,6 triliun dibandingkan Rp9,7 triliun pada periode yang sama tahun 2022.
Selanjutnya, unit usaha UNTR di bidang Kontraktor Penambangan dijalankan oleh PT Pamapersada Nusantara (PAMA) membukukan pendapatan bersih sebesar Rp11,7 triliun atau naik sebesar 38 persen dari Rp8,5 triliun pada periode yang sama tahun 2022.
PAMA mencatat peningkatan volume produksi batu bara sebesar 12 persen dari 24 juta ton menjadi 27 juta ton, dan volume pekerjaan pemindahan tanah (overburden removal) sebesar 19 persen dari 207 juta bcm menjadi 246 juta bcm, dengan rata-rata stripping ratio sebesar 9,2 kali meningkat dari 8,7 kali.
Kemudian, unit usaha UNTR di bidang pertambangan batu bara dijalankan oleh PT Tuah Turangga Agung (TTA) mencatatkan penjualan mencapai 3,0 juta ton termasuk 0,7 juta ton batu bara kokas, atau sedikit meningkat dibandingkan triwulan pertama tahun 2022.
Didorong dengan meningkatnya rata-rata harga jual batu bara, pendapatan unit usaha pertambangan batu bara meningkat sebesar 39 persen dibandingkan periode yang sama di tahun 2022 menjadi Rp10,5 triliun.
Sementara itu, unit usaha UNTR di bidang pertambangan emas dijalankan oleh PT Agincourt Resources (PTAR) mencatatkan total penjualan setara emas dari tambang emas Martabe mencapai 59.000 ons atau turun sebesar 21 persen dari periode yang sama tahun 2022 sebesar 74.000 ons.
Penurunan penjualan emas tahun ini dimaksudkan agar PTAR dapat fokus pada rencana jangka panjang dan untuk meningkatkan keberlanjutan tambang. Pendapatan bersih unit usaha pertambangan emas sampai dengan bulan Maret 2023 turun sebesar 14 persen menjadi Rp1,7 triliun.
Dari sisi kinerja keuangan, manajemen UNTR mengatakan sampai kuartal I/2023, pendapatan bersih konsolidasian UNTR mencapai Rp34,9 triliun atau meningkat sebesar 25 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2022 yang sebesar Rp27,9 triliun.
Pendorongnya, masing-masing unit usaha yaitu mesin konstruksi, kontraktor penambangan, pertambangan batu bara, pertambangan emas, industri konstruksi, dan energi secara berturut-turut memberikan kontribusi sebesar 31 persen, 33 persen, 30 persen, 5 persen, 1 persen, dan kurang dari 1 persen terhadap total pendapatan bersih konsolidasian.
Sejalan dengan peningkatan pendapatan, laba bruto UNTR naik sebesar 23 persen dari Rp7,0 triliun menjadi Rp8,7 triliun.
Sementara itu, laba yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk juga meningkat sebesar 23 persen menjadi Rp5,3 triliun dari Rp4,3 triliun pada periode yang sama tahun 2022.
Anak usaha UNTR, PT Acset Indonusa Tbk. (ACSET) sampai dengan kuartal I/2023, unit usaha industri konstruksi membukukan pendapatan bersih sebesar Rp345 miliar atau naik 26 persen dari Rp274 miliar pada periode yang sama tahun 2022.
ACSET membukukan rugi bersih sebesar Rp30 miliar, lebih tinggi dibandingkan rugi bersih sebesar Rp25 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Peningkatan kerugian di ACSET terutama disebabkan oleh biaya pembiayaan yang lebih tinggi.
Adapun di sektor energi, UNTR mengoperasikan satu pembangkit listrik tenaga minihidro (PLTM), yaitu PLTM Kalipelus berkapasitas 0,5 MW di Jawa Tengah, dan dalam proses membangun PLTM lainnya, yakni PLTM Besai Kemu di Lampung, Sumatera. PLTM Besai Kemu yang memiliki kapasitas sebesar 7 MW ini diperkirakan akan beroperasi pada tahun 2023.
Selain itu, UNTR juga berencana melakukan pengembangan proyek energi terbarukan lainnya seperti hydropower, solar PV, geothermal, wind power dan waste-to-energy.
Baca Juga
Proyek-proyek ini konsisten dengan strategi UNTR untuk meningkatkan kompetensi di berbagai potensi energi terbarukan dalam rangka mencapai portofolio bisnis yang berkelanjutan