Bisnis.com, JAKARTA - Emiten baru dari Grup Harita, PT Trimegah Bangun Persada Tbk. (NCKL) atau Harita Nickel diperkirakan memiliki potensi pertumbuhan cerah di dukung oleh sejumlah pengembangan proyek dan rencana ekspansi.
Analis Samuel Sekuritas Indonesia Juan Harahap mengatakan saham NCKL menjadi pilihan karena beberapa faktor, antara lain struktur bisnisnya yang terintegrasi secara vertikal, potensi pertumbuhan yang kuat, didukung oleh peningkatan kapasitas produksi, dan potensinya untuk menjadi salah satu produsen nikel rafinasi terbesar.
Samuel Sekuritas memberikan rekomendasi Beli untuk saham NCKL dengan target harga berbasis SOTP sebesar Rp2.000 per saham, merepresentasikan 13,1 kali perkiraan P/E 2023. Valuasi tersebut 4,3 persen lebih rendah dari rata-rata industri serupa.
Trimegah Bangun Persada (NCKL) merupakan perusahaan pertambangan nikel terintegrasi vertikal yang beroperasi di Pulau Obi, Maluku Utara. NCKL saat ini mengoperasikan dua tambang bijih nikel, dan sebagian besar produk dari kedua tambang tersebut dipasok ke smelter milik NCKL sendiri.
Terkait smelter, NCKL saat ini mengoperasikan dua smelter, yaitu smelter rotary-kiln-electric furnace (RKEF) yang berkapasitas produksi 25.000 ton per tahun, dan smelter High-Pressure Acid Leaching (HPAL) berkapasitas 37.000 ton per tahun.
NCKL menargetkan untuk memiliki kapasitas produksi FeNi sebesar 305.000 ton per tahun pada 2025, didukung oleh proyek RKEF, masing-masing berkapasitas 95.000 ton per tahun yang diperkirakan beroperasi tahun ini dan 185.000 ton per tahun yang akan beroperasi pada 2025.
Baca Juga
Terkait proyek smelter HPAL NCKL, pembangunannya akan dibagi menjadi tiga tahap. Tahap pertama dengan kapasitas 37.000 ton per tahun telah selesai dan saat ini berjalan dengan kapasitas penuh, tahap kedua 18.000 ton per tahun, total 55.000 ton per tahun diharapkan dapat memulai aktivitas produksi pada kuartal I/2023.
Untuk tahap ketiga, NCKL memperkirakan akan mendapatkan kapasitas produksi tambahan sebesar 65.000 ton per tahun dari anak perusahaan Lygend sebagai mitra NCKL, dan ONC yang 10 persen sahamnya dipegang NCKL mulai kuartal I/2024. Produksi ini akan meningkatkan total kapasitas HPAL NCKL menjadi 120.000 ton per tahun.
"Dengan asumsi semua proyeknya berjalan lancar, NCKL akan menjadi salah satu produsen nikel olahan terbesar di Indonesia," ungkap Juan dalam riset, dikutip Rabu (19/4/2023).
Mengingat rencana ekspansinya yang agresif, Samuel Sekuritas Indonesia juga memproyeksikan NCKL untuk mencatat pertumbuhan pendapatan yang solid pada 2023 dan 2024, dengan proyeksi masing-masing naik 165 persen year-on-year (yoy) dan 39 persen yoy.
"Selain itu, kami memproyeksikan kenaikan pendapatan kerja sama NCKL pada 2023 diperkirakan mencapai Rp4,9 triliun dan 2024 Rp5,8 triliun, seiring dengan peningkatan volume produksi MHP," lanjutnya.
Terkait laba bersih, Samuel Sekuritas Indonesia juga memperkirakan NCKL akan membukukan pertumbuhan laba bersih masing-masing sebesar 98 persen yoy pada 2023 dan 18 persen yoy pada 2024.
NCKL sendiri baru-baru ini resmi mencatatkan saham perdana (listing) di Bursa Efek Indonesia (BEI), tepatnya pada 12 April 2023 dengan melepas sebanyak 7,99 miliar saham atau setara dengan 12,67 persen dari modal ditempatkan dan disetor setelah Penawaran Umum Perdana Saham (initial public offering/IPO).
Dalam IPO ini, perseroan melepas saham tersebut dengan nominal Rp100 per saham dengan harga penawaran Rp1.250 per saham sehingga meraih dana IPO Rp9,99 triliun.
Adapun, pada akhir perdagangan Selasa (18/4/2023), saham NCKL terpantau naik 3,21 persen atau 45 poin ke Rp1.445 per saham.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.