Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Prospek Reksa Dana Pasar Uang Jelang Lebaran

Prospek reksa dana pasar uang akan lebih dilirik investor saat ketidakpastian ekonomi dan geopolitik terjadi. 
Warga mengakses informasi tentang reksa dana di Jakarta, Rabu (6/7/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Warga mengakses informasi tentang reksa dana di Jakarta, Rabu (6/7/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Kinerja reksa dana jenis pasar uang (RDPU) dinilai menurun disebabkan oleh kondisi menjelang lebaran, di mana para investor banyak menarik asetnya untuk kebutuhan Idulfitri. Meski demikian reksa dana jenis ini masih memiliki potensi menarik secara jangka panjang. 

Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani menyebutkan jumlah investor untuk reksa dana yang diukur berdasarkan jumlah Unit Penyertaan (UP) tercatat turun untuk Maret 2023 dibandingkan bulan sebelumnya. 

“Untuk RDPU ada kemungkinan investor non-retail lagi melepaskan investasi mereka di RDPU karena butuh dana untuk ekspansi atau di tengah momen lebaran, perusahaan membutuhkan dana untuk membayar THR,” katanya saat dihubungi Bisnis, Rabu (12/4/2023). 

Selain kondisi yang menyebabkan penurunan dana kelolaan reksa dana pasar uang, secara jangka panjang faktor suku bunga oleh The Fed yang diprediksi mulai melandai pada kuartal II/2023 akan membuat yield obligasi turun. Kondisi ini merupakan potensi besar bagi investor untuk meraup capital gains pada reksa dana pasar uang.

Prospek reksa dana pasar uang akan lebih dilirik investor saat ketidakpastian ekonomi dan geopolitik terjadi. 

“Investor lebih memilih untuk masuk ke produk yang lebih safe haven dan likuid seperti pasar uang,” kata Arjun. 

Sejalan dengan hal itu, Direktur Panin Asset Management Rudiyanto mengatakan beberapa faktor yang menjadikan industri reksa dana masih menarik seperti inflasi AS dan inflasi dalam negeri. Meski demikian menurutnya reksa dana obligasi masih lebih menarik. 

"Dengan kondisi housing rent yang sudah mulai menurun, maka diharapkan inflasi US juga akan menurun dalam waktu dekat atau jangka menengah, sehingga diperkirakan The Fed akan menahan suku bunga dalam waktu dekat, bahkan terdapat kemungkinan bahwa The Fed akan menurunkan suku bunganya pada semester 2 tahun 2023,” kata Rudiyanto, Rabu (12/4/2023). 

Tingkat inflasi dalam negeri untuk Maret 2023 adalah 4,97 persen, lebih rendah jika dibandingkan suku bunga acuan BI yaitu 5,75 persen sehingga real yield SUN Indonesia positif. Hal ini dapat menarik investor asing untuk berinvestasi di pasar obligasi Indonesia.

Sementara itu, untuk reksa dana pasar uang yang berisikan obligasi bertenor kurang dari 360 hari akan terdorong oleh sentimen suku bunga acuan BI. Adapun saat ini suku bunga acuan BI diperkirakan sudah mencapai puncaknya sehingga peluang kenaikan suku bunga deposito bank umum sudah semakin kecil, namun masih ada peluang kenaikan harga untuk obligasi tenor pendek.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Artha Adventy
Editor : Farid Firdaus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper