Bisnis.com, JAKARTA — Harga emas berpeluang melemah menguji level support US$2.000 pada malam ini di tengah antisipasi terhadap data terbaru inflasi Amerika Serikat. Namun, data di pasar spot memperlihatkan bahwa emas justru menguat.
Tim Analis Monex Investindo Futures (MIFX) menyebutkan emas berpotensi menguji level support US$2.000 selama harga tidak mampu menembus level resistance US$2.013.
“Namun bila mampu bergerak lebih tinggi dari level resistance tersebut maka harga emas berpotensi dibeli menargetkan level resistance selanjutnya US$2.019,” tulis MIFX, Rabu malam (12/4/2023).
Sementara itu, data Bloomberg memperlihatkan bahwa harga emas Comex menguat 0,93 persen ke US$2.037,70 sampai pukul 20.00 WIB. Begitu pula dengan emas spot yang menguat 0,87 persen ke US$2.021,01.
Penguatan emas terjadi setelah data inflasi Amerika Serikat untuk bulan Maret 2023 melanjutkan kenaikan yang lebih landai dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Tren inflasi ini memberi ruang yang lebih luas bagi The Fed untuk menahan kenaikan suku bunga acuan pada pertemuan Mei mendatang.
Indeks harga konsumen, tanpa menghitung komponen makanan dan energi, naik 0,4 persen pada Maret 2023, lebih rendah daripada Februari yang mencapai 0,5 persen.
Baca Juga
Secara keseluruhan CPI Maret 2023 bertengger di 0,1 persen yang merefleksikan berbaliknya harga gas dan bahan bakar minyak.
Dalam setahun terakhir, inflasi inti Amerika Serikat telah naik 5,6 persen. Ini adalah kali pertama dalam dua tahun indeks tersebut berada di atas inflasi keseluruhan yang naik 5 persen.
“Ini adalah perlambatan yang tajam dari bulan sebelumnya, dibandingkan dengan Maret 2022 ketika harga energi melonjak setelah invasi Rusia ke Ukraina,” tulis Bloomberg.
Estimasi median dalam survei Bloomberg dari para ekonom memperkirakan kenaikan bulanan 0,4 persen pada Maret 2023 dalam pengukuran inti dan kenaikan 0,2 persen untuk pengukuran inflasi keseluruhan.