Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan masih bakal bergerak di level psikologis 6.700 pada perdagangan Selasa (11/4/2023). IHSG ditutup melemah 0,32 persen ke 6.771,23 pada perdagangan Senin (10/4/2023).
Phintraco Sekuritas dalam riset hariannya menyebutkan pelemahan IHSG pada Senin merupakan pullback wajar untuk keluar dari overbought area. Selain itu, tidak terdapat indikasi bearish reversal karena pelemahan diikuti dengan penurunan transaksi.
“Jika pullback berlanjut, strong support diperkirakan di 6.700 dengan resistance 6.800 dan pivot 6.750,” tulis Phintraco.
Dari dalam negeri, cadangan devisa naik US$4,9 miliar secara bulanan ke US$145,2 miliar per akhir Maret 2023. Kondisi tersebut setara dengan 6,4 bulan impor, jauh di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Hal ini memperkuat posisi nilai tukar rupiah di bawah level psikologis Rp15.000 per dolar AS pada penutupan perdagangan Senin.
Sentimen lain dari dalam negeri berasal dari antisipasi data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) di Maret 2023. Sebagai informasi, IKK Indonesia bertahan di atas 120 pada Januari—Februari 2023.
Baca Juga
Phintraco menyebutkan kondisi-kondisi di atas membuka peluang buy on support pada BMRI, BBNI, BBCA dan BBTN. Selanjutnya, ekspektasi peningkatan konsumsi dan mobilitas menjelang Idulfitri dapat menjadi katalis positif jangka pendek untuk AKRA, MYOR, MAPI dan INDF.
“Alternatif lain yang dapat diperhatikan adalah MNCN, BTPS, TBIG dan SSMS,” kata Phintraco.
Sementara itu, Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan IHSG masih tampak lesu setelah mencatatkan return kontraktif dalam sepekan lalu hingga lebih dari 1 persen atau sebesar 1,19 persen yang dipicu oleh pelemahan seluruh sektor.
IHSG tercatat menutup Maret 2023 dengan pelemahan, padahal indeks global memperlihatkan optimisme seiring dengan data penting ekonomi AS yang dilaporkan mengalami penguatan.
Tingkat pengangguran ke level 3,5 persen pada Maret 2023 dengan tingkat partisipasi stabil. Demikian juga, nonfarm payrolls mengalami penurunan yang sejalan dengan penurunan rata-rata pendapatan per jam sebesar 4,2 persen secara tahunan.
Pasar Asia yang juga bergerak variatif dipengaruhi oleh peningkatan ketegangan antara China dan Taiwan di mana China melanjutkan latihan militernya untuk hari kedua.
Pada saat yang sama, pasar komoditas mayoritas masih menunjukan penurunan seperti pada emas, minyak, batu bara, tembaga dan CPO. Sementara itu, harga gas dan gandum mengalami kenaikan.
“Kami melihat pasar saham dalam negeri masih akan mendapatkan katalis positif dari adanya penguatan cadangan devisa negara yang terpantau mengalami kenaikan,” tulis Pilarmas.