Bisnis.com, JAKARTA — Mayoritas emiten Grup Sinarmas mencatatkan kinerja ciamik seiring adanya pertumbuhan baik dari sisi pendapatan maupun laba. Berdasarkan penelusuran Bisnis, dari 11 emiten hanya terdapat satu yang mengalami penurunan, yakni PT Sinar Mas Multiartha Tbk. (SMMA).
Adapun rata-rata emiten grup Sinar Mas mencatatkan pertumbuhan laba bersih lebih dari 50 persen sepanjang 2022. Bahkan PT Dian Swastatika Sentosa Tbk. (DSSA) mencatatkan pertumbuhan laba hingga 395 persen, sedangkan PT Smartfren Telecom Tbk. (FREN) mampu membalikkan rugi menjadi laba sebesar Rp1,06 triliun.
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan dari emiten grup Sinarmas, PT Bumi Serpong Damai Tbk. (BSDE) menarik untuk diperhatikan meski sektor properti mendapat tekanan akibat suku bunga.
Kendati demikian, BSDE memiliki pasar dan segmentasi pelanggannya sendiri sehingga emiten properti grup Sinarmas tersebut juga mampu mencatatkan kinerja marketing sales yang solid. Adapun BSDE membukukan marketing sales hingga Rp8,8 triliun atau melebihi target Rp7,7 triliun pada 2022.
“BSDE punya pasarnya sendiri atau segmented customer yang sepertinya mau beli properti di sana dan kami perhatikan marketing sales juga cukup baik,” ujar Nico kepada Bisnis, Senin (3/4/2023).
Selain BSDE, PT Puradelta Lestari Tbk. (DMAS) juga dinilai masih menarik. Dia mengatakan DMAS menarik karena mampu mencatatkan pertumbuhan di tengah pemulihan perekonomian.
Baca Juga
Kemudian PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk. (INKP) dan PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk. (TKIM) juga dinilai masih menarik seiring adanya pemulihan perekonomian. Kedua emiten tersebut dinilai cukup kuat untuk menghadapi situasi ketidakpastian ekonomi kedepannya.
Selain itu, baik INKP maupun TKIM disebut memiliki pasarnya sendiri sehingga secara prospek kedua emiten tersebut dinilai cukup menarik.
Sementara untuk PT Smartfren Telecom Tbk. (FREN) dinilai kurang menarik karena baik dari sisi fundamental maupun potensi valuasi bisnis. Terlebih lagi FREN memiliki saingan yang berkinerja jauh lebih cemerlang seperti EXCL, ISAT, dan TLKM.
Secara terpisah, Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani mengatakan saham INKP dan TKIM masih cukup prospektif. Selain itu, kinerja fundamental kedua emiten tersebut terbilang solid dengan adanya lonjakan laba bersih sepanjang 2022.
“Selain itu, valuasinya masih sangat rendah dibandingkan sama rata-rata emiten di sektor barang baku,” ujar Arjun kepada Bisnis, Senin (3/4/2023).
Dia menyebut kinerja INKP dan TKIM bergantung kepada ekspor terutama negara di Asia seperti China. Sementara adanya re-opening dan positive outlook dari China akan mendukung kinerja kedua emiten tersebut.
Selanjutnya, INKP dan TKIM berpotensi mendapatkan kenaikan pendapatan dari foreign currency translation atau terjemahan mata uang asing. Terlebih lagi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sudah mulai menguat sejak awal tahun dan kemungkinan akan terus menguat.
“IDR sudah mulai menguat sejak awal tahun dan ekspektasinya bisa kuat lagi. Hal ini akan mendukung emiten yang ekspor bagian signifikan produk mereka,” tuturnya.
Arjun merekomendasikan buy untuk saham INKP dengan target harga Rp8.000 dan support Rp7.175. Sementara untuk TKIM mendapat rekomendasi buy dengan target harga Rp7.150 dan support Rp6.300.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.