Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penyebab Garuda (GIAA) Laba Rp58,8 Triliun pada 2022, Melampaui Pendapatan Rp33 Triliun

Laba bersih Garuda Indonesia (GIAA) melambung pada 2022 melampaui pendapatan karena adanya pos pemasukan dari restrukturisasi utang.
Laba bersih Garuda Indonesia (GIAA) melambung pada 2022 melampaui pendapatan karena adanya pos pemasukan dari restrukturisasi utang. Bisnis/Himawan L Nugraha
Laba bersih Garuda Indonesia (GIAA) melambung pada 2022 melampaui pendapatan karena adanya pos pemasukan dari restrukturisasi utang. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Emiten maskapai BUMN PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) tercatat mampu membalikkan kerugian menjadi laba bersih sepanjang 2022. Bahkan, laba bersih Garuda melampaui nilai pendapatannya.

GIAA membukukan laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk atau laba bersih sebanyak US$3,73 miliar, yang setara Rp58,85 triliun dengan estimasi kurs Rp15.748 per dolar AS. Perolehan tersebut berbanding terbalik dengan rugi bersih senilai US$4,15 miliar yang dicatatkan pada 2021 lalu.

Kinerja keuangan yang positif ini ditopang oleh pendapatan usaha GIAA yang naik 36,66 persen dari US$1,33 miliar pada 2021 menjadi US$2,1 miliar atau setara Rp33,07 triliun. Namun, pendapatan tersebut masih lebih kecil dibandingkan laba GIAA.

Laba Garuda Indonesia naik ditopang pencatatan pendapatan lain US$399,55 juta pada 2022 dari sebelumnya beban bersih US$367,86 juta. Yang lebih signifikan, GIAA mencatatkan keuntungan restrukturisasi pembayaran US$1,38 miliar dan pendapatan dari restrukturisasi utang US$2,85 miliar. Inilah penyebab laba GIAA melejit signifkan pada 2022.

Dari sisi pendapatan, penerbangan berjadwal berkontribusi senilai total US$1,68 miliar pada 2022, naik dari perolehan 2021 sebesar US$1,04 miliar. Penerbangan berjadwal ini terbagi menjadi penerbangan penumpang berjadwal sebesar US$1,46 miliar, dan penerbangan kargo serta dokumen sebesar US$227,85,7 juta. 

Sementara itu, pendapatan dari penerbangan tidak berjadwal GIAA adalah sebesar US$178,21 juta, yang didapatkan dari penerbangan charter sebesar US$82,32 juta dan penerbangan haji sebanyak US$92,48 juta. 

Selanjutnya, pendapatan lain-lain Garuda Indonesia pada 2022 adalah sebesar US$235,29 juta. Segmen pemeliharaan dan perbaikan pesawat menjadi kontributor penerimaan terbesar dengan perolehan US$102,02 juta disusul oleh pelayanan terkait penerbangan sebesar US$52,23 juta dan jasa boga sebanyak US$35,47 juta.

Sepanjang 2022, GIAA mencatatkan beban usaha sebesar US$2,51 miliar. Beban usaha ini menurun bila dibandingkan dengan catatan pada 2021 yang sebesar US$2,6 miliar. 

Seiring dengan kenaikan pendapatan, GIAA pun mampu mencatatkan laba tahun berjalan senilai US$3,73 miliar. Perolehan tersebut berbalik dari rugi tahun berjalan pada 2021 senilai US$4,17 miliar. 

Adapun per akhir 2022, GIAA mencatatkan total aset sebesar US$6,23 miliar, turun dari akhir 2021 sebesar US$7,19 miliar. 

Total liabilitas perseroan turun dari US$13,30 miliar per akhir Desember 2021, menjadi US$7,77 miliar pada akhir Desember 2022. GIAA tercatat masih membukukan total ekuitas negatif per 31 Desember 2022 sebesar US$1,53 miliar, dari minus US$6,11 miliar per 31 Desember 2021.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper