Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Laba Indika Energy (INDY) Naik 684 Persen, Harga Sahamnya Melejit

Indika Energy (INDY) laporkan lonjakan laba bersih hingga 684,57 persen ke US$452,7 juta atau setara dengan Rp7,05 triliun sepanjang 2022. 
CEO Grup Indika Energy Azis Armand
CEO Grup Indika Energy Azis Armand

Bisnis.com, JAKARTA –  Emiten batu bara, PT Indika Energy Tbk. (INDY), mencatatkan lonjakan pendapatan dan laba sepanjang 2022 dan membuat harga sahamnya melambung di awal perdagangan Selasa (28/3/2023). 

Mengutip data Bloomberg, emiten bersandi INDY tersebut melaporkan laba bersih sepanjang 2022 melambung 684,57 persen dari US$57,7 juta pada 2021 menjadi US$452,7 juta pada 2022 atau setara dengan Rp7,05 triliun. 

Laba bersih tersebut disumbang dari pendapatan yang diterima INDY sepanjang 2022 senilai US$4,33 miliar atau setara dengan Rp67,51 triliun. 

Sejalan dengan lonjakan pendapatannya, harga saham INDY terpantau naik signifikan pada perdagangan Selasa (28/3/2023) pukul 09.58 WIB, naik 190 poin atau 9,18 persen ke Rp2.260. 

Kendati mengalami kenaikan, harga saham INDY sepanjang 2023 berjalan masih terpantau turun 17,58 persen dan dalam setahun turun 11,37 persen. 

Adapun, pada 2023, INDY diketahui menurunkan target produksi batu baranya menjadi hanya 32,8 juta ton pada 2023 ini. Target produksi ini turun jika dibandingkan dengan tahun 2022 lalu. 

Head of Corporate Communication Indika Energy Ricky Fernando mengatakan target produksi batu bara INDY tahun ini sebanyak 31 juta ton akan disumbang dari Kideco dan produksi sebesar 1,8 juta ton dari Multi Tambangjaya Utama atau MUTU. 

Adapun hingga kuartal III/2022, INDY mencatat peningkatan penjualan batu bara pelanggan luar negeri yang tumbuh 83,86 persen menjadi US$2,43 miliar, sementara penjualan batu bara dalam negeri turun 11,52 persen menjadi US$399,77 juta. 

Pendapatan kontrak dan jasa INDY sampai dengan kuartal III/2022 juga meningkat 42,37 persen menjadi US$252,59 juta. Hal ini seiring peningkatan pendapatan kontrak dan jasa dari BP Berau Ltd., PT Exxon Mobil Indonesia, Star Energy Geothermal Salak, Ltd., serta PT Cabot Indonesia. 

Sementara itu, beban kontrak dan penjualan INDY turut meningkat menjadi US$2,04 miliar dari US$1,47 miliar. Hal ini membuat laba kotor tetap naik signifikan menjadi US$1,08 miliar dari US$519,45 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper