Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar AS Tergelincir Usai The Fed Kerek Suku Bunga 25 Bps

Dolar AS tergelincir pada akhir perdagangan Rabu (22/3/2023), usai Federal Reserve AS menaikkan target suku bunga acuan sebesar basis poin (bps).
Mata uang dolar di salah satu penukaran uang di Jakarta, Minggu (9/10/2022). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Mata uang dolar di salah satu penukaran uang di Jakarta, Minggu (9/10/2022). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA — Dolar AS tergelincir pada akhir perdagangan Rabu (22/3/2023) waktu setempat, usai Federal Reserve AS menaikkan target suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) atau 0,25 persen ke kisaran 4,75 persen-5 persen, atau level tertinggi sejak Oktober 2007.

Indeks dolar ditutup  turun 0,63 persen menjadi 102.500, dengan euro naik 0,87 persen menjadi 1,0861 dolar. Dolar turun 0,82 persen terhadap yen Jepang, sementara sterling terakhir diperdagangkan pada 1,2268 dolar, naik 0,41 persen pada hari ini.

Dalam pernyataan resmi setelah menggelar pertemuan (FOMC) 21-22 Maret 2023, The Fed mengatakan inflasi tetap tinggi dan bank sentral tetap sangat memperhatikan risiko inflasi. Di sisi lain masalah perbankan dapat menyebabkan kondisi kredit mengetat dan membebani pertumbuhan ekonomi.

"Sistem perbankan AS sehat dan tangguh… perkembangan baru-baru ini cenderung menghasilkan kondisi kredit yang lebih ketat untuk rumah tangga dan bisnis dan membebani aktivitas ekonomi, perekrutan dan inflasi. Tingkat dampak ini tidak pasti,” kata para pejabat The Fed dalam pernyataan kebijakan mereka, mengutip Yahoo Finance, Kamis (23/3/2023).

The Fed menegaskan komite bank sentral mengantisipasi bahwa beberapa penguatan kebijakan tambahan mungkin tepat untuk mencapai sikap kebijakan moneter yang ketat demi mengembalikan inflasi menjadi 2 persen dari waktu ke waktu

Pejabat Fed juga tidak mengubah seberapa tinggi proyeksi mereka terhadap kenaikan suku bunga, mempertahankan suku bunga puncak untuk tahun ini dalam kisaran 5 persen-5,25 persen, sama seperti yang diproyeksikan pada Desember 2022.

Sebanyak tujuh pejabat The Fed memproyeksikan tingkat kenaikan lebih tinggi dari 5,25 persen tahun ini, dengan satu anggota memproyeksikan tingkat suku bunga setinggi 6 persen. Adapun tidak ada pejabat The Fed yang melihat penurunan suku bunga tahun ini.

Dalam perubahan penting yang didorong oleh kegagalan mendadak Silicon Valley Bank (SVB) dan Signature Bank bulan ini, pernyataan kebijakan terbaru Fed tidak lagi mengatakan bahwa "kenaikan berkelanjutan" dalam suku bunga kemungkinan akan tepat. Bahasa itu telah ada di setiap pernyataan kebijakan sejak keputusan 16 Maret 2022 untuk memulai siklus kenaikan suku bunga.

“Saya pikir The Fed memang mengambil jalan yang paling tidak resisten di sini, mendaki tetapi juga memberikan pandangan suku bunga yang relatif dovish selama setahun ke depan. Itu pada dasarnya memberi pasar apa yang mereka cari," kata Karl Schamotta, kepala strategi pasar di Corpay sebagaimana dikutip Antara (23/3/2023).

Pasar telah memproyeksikan kenaikan suku bunga AS sebesar seperempat poin, tetapi investor juga mencermati komentar Ketua Fed Jerome Powell tentang krisis yang telah mengguncang bank global bulan ini.

"Sistem perbankan kami sehat dan tangguh dengan permodalan dan likuiditas yang kuat. Kami akan terus memantau dengan cermat kondisi sistem perbankan dan siap menggunakan semua alat kami sesuai kebutuhan agar tetap aman dan sehat," kata Powell pada konferensi pers. setelah pengumuman kenaikan suku bunga Fed.

The Fed, bersama dengan bank-bank sentral utama lainnya, telah membuat ketentuan untuk melumasi roda sistem keuangan, setelah kegagalan beberapa pemberi pinjaman AS yang lebih kecil dan meledaknya Credit Suisse pada akhir pekan menyebabkan volatilitas pasar yang besar dan kerugian di saham dan obligasi perbankan khususnya.

"Kenaikan dovish The Fed akan berarti dolar yang lebih rendah dalam beberapa minggu dan hari mendatang, asalkan masalah likuiditas bank tetap terjaga, tulis analis Wells Fargo dalam catatan penelitian.

Pound naik setelah data menunjukkan inflasi Inggris jauh lebih panas dari yang diharapkan pada Februari, yang menempatkan pembuat kebijakan bank sentral Inggris dalam posisi yang sulit ketika mereka bertemu pada Kamis waktu setempat.

Dolar Australia naik 0,29 persen versus greenback menjadi 0,669 dolar AS, sementara kiwi Selandia Baru naik 0,57 persen versus greenback menjadi 0,623 dolar AS.

Di pasar uang kripto, bitcoin terakhir turun 2,5 persen menjadi 27.488,00 dolar AS, setelah mencapai puncak sembilan bulan pada Senin (20/3/2023).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ibad Durrohman
Editor : Ibad Durrohman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper