Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas global berpeluang naik melampaui rekor yang dicapai pada puncak pandemi Covid-19 jika gejolak yang berkelanjutan di sektor perbankan terus berlanjut. Harga emas terpantau sempat menembus level psikologis US$2.000 per troy ounce pada perdagangan Senin (20/3/2023) waktu New York, AS.
Investor utama di industri emas, Sprott Inc. menilai harga emas akan terdorong oleh gejolak yang berkelanjutan di sektor perbankan dan langkah bank sentral global menurunkan siklus kenaikan suku bunga.
Mengutip Bloomberg, Selasa (21/3/2023) emas sebagai aset safe haven secara singkat naik di atas US$2.000 per troy ounce pada Senin untuk pertama kalinya dalam setahun karena kesepakatan akuisisi Credit Suisse Group AG oleh UBS Group AG gagal menenangkan kekhawatiran atas industri perbankan global.
Sprott Inc. menilai kekhawatiran atas penularan di antara bank-bank regional AS telah memicu taruhan bahwa Federal Reserve dapat memperlambat laju pengetatan moneter, yang biasanya berarti harga emas akan naik.
"Saya tentu berpikir pasar emas sedang menuju level tertinggi baru. Sesaat likuiditas dipulihkan kembali ke pasar global, emas tampaknya selalu menjadi hal pertama yang pulih, dan kemudian sering mencapai titik tertinggi baru,” kata Chief Executive Officer Sprott Inc. Sinta Whitney George dalam sebuah wawancara.
Sebagai catatan, emas spot mencapai level tertinggi sepanjang masa di US$2.075,47 pada Agustus 2020 karena investor berburu investasi aman di logam mulia saat dunia berjuang melewati pandemi.
Baca Juga
Mengutip Antara, kontrak emas paling aktif untuk pengiriman April di divisi Comex New York Exchange, terangkat US$9,30 atau 0,47 persen menjadi ditutup pada US$1.982,80 per troy ounce pada Senin, setelah diperdagangkan menyentuh level tertinggi sesi di US$2.014,90 dan terendah di US$1.970,00.
Sebelumnya emas berjangka melonjak US$50,50 atau 2,63 persen menjadi US$1.973,50 pada Jumat (17/3/2023), setelah jatuh US$8,30 atau 0,43 persen menjadi US$1.923,00 pada Kamis (16/3/2023), dan terkerek US$20,40 atau 1,07 persen menjadi US$1.931,30 pada Rabu (15/3/2023).