Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Suku Bunga The Fed Tinggi, Seberapa Menarik Saham Defensif?

Saham defensif masih menarik dicermati di tengah era suku bunga The Fed tinggi.
Pelanggan mengambil paket mi goreng Indomie produksi PT Indofood CBP Suskes Malmur Tbk (ICBP) di supermarket Hypermart. - Bloomberg/Dimas Ardian
Pelanggan mengambil paket mi goreng Indomie produksi PT Indofood CBP Suskes Malmur Tbk (ICBP) di supermarket Hypermart. - Bloomberg/Dimas Ardian

Bisnis.com, JAKARTA — Saham-saham sektor defensif dinilai tidak luput dari risiko puncak suku bunga bank sentral yang lebih tinggi dari estimasi awal.

Equity Research Analyst Pilarmas Investindo Sekuritas Desy Israhyanti mengatakan pergerakan saham sektor defensif seperti konsumer primer masih akan dipengaruhi oleh prospek pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Hal itu akan berdampak pada preferensi investor dalam mengambil keputusan investasi.

“Kami juga melihat momentum pemilihan umum akan berpengaruh terhadap sektor defensif melihat likuiditas yang yang cukup tinggi untuk kebutuhan kampanye,” jelasnya, Sabtu (11/3/2023).

Kendati demikian, dia mengemukakan terdapat sejumlah sentimen negatif yang bisa mempengaruhi kinerja sektor defensif. Selain risiko kenaikan suku bunga, ada pula risiko kenaikan harga bahan baku imbas dari pelemahan rupiah.

Beberapa saham yang direkomendasikan Desy untuk dicermati dari sektor ini di antaranya adalah INDF untuk konsumer, SIDO di sektor kesehatan, dan TLKM untuk telekomunikasi.

Sementara itu, Financial Expert Ajaib Sekuritas Ratih Mustikoningsih dalam risetnya pada 10 Maret 2023 menyebutkan pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) seminggu ke depan masih berkaitan dengan kondisi ekonomi Amerika Serikat.

Dia mengatakan data tenaga kerja dan inflasi yang melambat bisa memberi sentimen positif bagi pasar ekuitas, meskipun secara umum pasar tetap memproyeksikan The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin pada pertemuan bulan ini.

Dari dalam negeri, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pekan ini diperkirakan akan menghasilkan keputusan bahwa suku bunga acuan tetap berada di 5,75 persen. Hal ini bisa menjadi katalis negatif karena The Fed cenderung masih hawkish.

Namun, terdapat angin segar bagi IHSG dengan pelaksanaan rapat umum pemegang saham tahunan dari bank-bank berkapitalisasi besar seperti BBRI, BBNI, BBCA, dan BMRI. RUPST bank-bank ini akan memutuskan soal kebijakan dividen tahun buku 2022.

“Secara keseluruhan IHSG berpotensi bergerak mixed cenderung melemah dengan support di level 6.720 dan resistance di level 6.830,” ujarnya.

Adapun, beberapa saham yang direkomendasikan untuk trading di antaranya adalah BBRI dengan beli di area Rp4.820 dan target harga pada resistance di level Rp4.950 serta pertimbangkan cut loss apabila break support di level harga Rp4.700.

Selanjutnya rekomendasi buy untuk AMRT di area Rp2.810 dengan target harga pada resistance di level Rp2.960 serta pertimbangan cut loss apabila break support di level harga Rp2.750.

Terakhir, rekomendasi beli CMRY di area Rp4.450 dengan target harga pada resistance di level Rp4.620 serta pertimbangkan cut loss apabila break support di level harga Rp4.300.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper