Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

ASEAN Mencari Ceruk Cuan dari Pembukaan Perbatasan China

Indonesia tengah menunggu redanya gegap gempita terkait pembukaan kembali perbatasan China yang kini tengah dinikmati oleh negara Asean lainnya.
Presiden Joko Widodo menerima kunjungan kehormatan para Menteri Luar Negeri (Menlu) Asean dan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Asean, Kao Kim Hourn, di Istana Merdeka, Jakarta, pada Jumat, 3 Februari 2023. Kedatangan para Menlu Asean dan Sekjen Asean disambut langsung oleh Kepala Negara didampingu Menteri Luar Negeri Retno Marsudi di Ruang Kredensial, Istana Merdeka, Jakarta./Setkab
Presiden Joko Widodo menerima kunjungan kehormatan para Menteri Luar Negeri (Menlu) Asean dan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Asean, Kao Kim Hourn, di Istana Merdeka, Jakarta, pada Jumat, 3 Februari 2023. Kedatangan para Menlu Asean dan Sekjen Asean disambut langsung oleh Kepala Negara didampingu Menteri Luar Negeri Retno Marsudi di Ruang Kredensial, Istana Merdeka, Jakarta./Setkab

Bisnis.com, SINGAPURA – Indonesia tengah menunggu ceruk cuan terkait pembukaan kembali perbatasan China yang kini tengah dinikmati oleh negara Asean lainnya seperti Thailand dan Malaysia.

Head Economist CGS-CIMB Malaysia Nazmi Idrus mengatakan setidaknya ada lima faktor yang bakal mendorong perekonomian ASEAN pada 2022 yang berkaitan dengan China. Pertama adalah pembukaan kembali perbatasan China yang bakal mendorong ledakan turisme di kawasan Asia Pasifik.

“Perbaikan ekonomi tahun ini akan didorong oleh pemulihan sektor pariwisata. Pada 2019, 40 juta turis dating ke Thailand dengan 11 juta diantaranya berasal dari China. Kami melihat Thailad akan menjadi negara yang paling diuntungkan dengan hal ini sehingga membuat GDP mampu naik 3 persen,” katanya dalam CGS China-ASEAN Leaders Summit, Jumat (10/3/2022).

Faktor kedua adalah penurunan inflasi yang tajam sehingga membuat perekonomian di kawasan ASEAN mulai bisa pulih kembali. Adapun, faktor ketiga adalah angka pengangguran menurun berkat pembukaan kembali perbatasan China dan inflasi yang melandai.

Hal tersebut, membuat bank sentral di kawasan ASEAN tidak se-hawkish The Fed yang kini bersiap menaikkan kembali suku bunganya. “Kita sekarang berada di akhir dari peningkatan suku bunga karena inflasi mulai melandai,” ungkapnya.

Faktor kelima adalah ekonomi China mulai berangsur menanjak setelah penyebaran covid-19 mulai ditekan. Dia menilai hal itu akan berdampak bagi negara di ASEAN karena nilai total perdagangan dua arah tahun lalu mencapai US$975 miliar atau setara Rp15.015 triliun jika menggunakan kurs hari ini Rp15.415.

Head of Research CGS-CIMB Thailand Kasem Pruntanamala menambahkan negaranya adalah pilihan ketiga favorit bagi turis dari setelah Makaw dan Hong Kong. Dia memperkirakan setidaknya ada 25 juta turis China yang akan datang pada 2023 lalu 40 juta turis yang bakal melancong pada 2024.

Dia memperkirakan akan kenaikan GDP Thailand antara 3 persen sampai dengan 10 persen antara 2023 sampai dengan 2024. Meski demikian dia mengakui ada tantangan dari sisi domestik yang bisa menghambat sektor pariwisata yakni pemilihan presiden yang akan berlangsung pertengahan tahun ini.

Wakil Eksekutif Presiden China Investment Corporation Qi Bin menambahkan GDP negara-negara ASEAN telah tumbuh 5,5 persen pada 2022. Dia yakin jika pertumbuhan terus terjaha maka negara-negara di wilayah tersebut bakal menjadi kekuatan perekonomian terbesar keempat pada 2030.

Pasalnya, negara ASEAN memiliki populasi yang mencapai 650 juta dengan rata-rata usia produktif 30,2 tahun. Level itu lebih rendah dibandingkan dengan China yang mencapai 38,4 tahun atau Uni Eropa 44,1 tahun.

“China akan segera pulih dari Covid-19 karena pada saat imlek ada 4,7 miliar orang yang melakukan perjalanan. Asean telah menjadi mitra bagi pertumbuhan ekonomi,” ungkapnya.

Dia memperkirakan beberapa negara ASEAN bakal mencetak pertumbuhan rata-rata yang positif bagi GDP sampai dengan 2027. Misalnya Indonesia yang dia perkirakan mencapai 5,1 persen, Vietnam 6,8 persen dan Fillipina 6 persen.

Berdasarkan data Global Times, nilai investasi antara Cina dengan ASEAN mencapai US$340 miliar sampai dengan Juli 2022. Bila dikonversi menggunakan kurs hari ini Rp15.415, maka hubungan investasi kedua wilayah bernilai Rp5.250 triliun.

Sementara itu, Chairman China Galaxy Securities Chen Liang mengatakan dengan pendalaman Belt and Road Initiative antara China dengan ASEAN akan mengantarkan lebih banyak peluang dan potensi bisnis. “Dengan seperti itu revolusi teknologi dan transformasi industri, akan ada prospek kerjasama yang luas untuk semua pihak di bidang yang sedang berkembang seperti manufaktur, energi baru, ekonomi digital, e-commerce, dan smart city,” ungkapnya.

Selain itu, pendalaman dan percepatan integrasi rantai industri, pasokan dan nilai, diharapkan dapat meningkatkan permintaan untuk investasi lintas batas dan pembiayaan oleh perusahaan.

Pasalnya, pada saat yang sama, jumlah penduduk China dan ASEAN melebihi 2 miliar, yang menjadi pasar skala super besar.

“Dengan terus meningkatnya pendapatan riil bagi penduduk di China dan ASEAN, dan memperdalam konektivitas antara pasar modal, permintaan asset manajemen lintas batas akan menjadi lebih kuat. Kami bersedia bekerja dengan semua pihak untuk membangun profesional, efisien, dan ekosistem layanan keuangan komprehensif yang inklusif, menyediakan pasokan berkualitas tinggi untuk peserta di pasar modal China-ASEAN, dan mempromosikan ekonomi China-ASEAN,” ungkapnya.

Liang menyebutkan terdapat tiga faktor utama yang bakal mendorong perekonomian antara China-ASEAN. Pertama, melayani ekonomi riil dengan baik. Dengan memainkan peran sebagai jembatan antara ekonomi riil dan pasar modal, fokusnya pada inovasi teknologi dan peningkatan industri, dan menyediakan layanan keuangan komprehensif berkualitas tinggi seperti listing, merger dan akuisisi, penerbitan obligasi, dan pembiayaan untuk perusahaan China memasuki pasar ASEAN dan bagi perusahaan-perusahaan ASEAN untuk memasuki pasar Cina.

Kedua, ki menjadi promotor keterbukaan dua arah. Misalnya bekerja dengan mitra untuk meluncurkan lebih banyak produk yang terdaftar di bursa China dan ASEAN, mempromosikan konektivitas pasar modal antara kedua belah pihak.

“Kami akan membantu penyebaran dua arah dana investasi industri China-ASEAN, dan membangun lebih banyak platform komunikasi dan pertukaran untuk pelaku pasar modal di kedua sisi. Ketiga, kita perlu menjadi praktisi pembangunan berkelanjutan. Kami terus memanfaatkan keunggulan utama kami dalam ESG, netralitas karbon, dan emisi karbon,” imbuhnya.

Indonesia Menunggu Angin Segar Bertiup

Head of Research CGS-CIMB Indonesia Hadi Soegiarto mengatakan sejauh ini efek dari pembukaan pembatasan China belum sepenuhnya terasa bagi Indonesia. Sebab kontribusi sektor pariwisata terhadap GDP Indonesia baru sekitar 3 persen.

Menurutnya saat ini, Indonesia masih akan bergantung terhadap sektor komoditas seperti batu bara, crude palm oil dan nikel. “Negara lain bisa 50 persen untuk turisme dan ekspor. Kita tidak tegrntung dari luar karena selama makro dan ihsg baik kita bisa tetap tumbuh," ungkapnya.

Hadi mengatakan untuk pihaknya memasang pertumbuhan GDP pada tahun ini mencapai 4,8 persen berbeda tipis dengan Bank Indonesia yang memerkirakan 5,1 persen. Akan tetapi dengan catatan tidak ada kenaikan suku bunga sesuai prognosa dari bank central. Hadi mengatakan kalau misalnya ada kenaikan suku bunga 25 sampai 50 basis poin dari Bank Indonesia akan ada kalkulasi ulang.

"Inflasi sudah turun dan nilai tukar terjaga sehingga Bank Indonesia tidak memiliki kewajiban untuk menaikkan suku bunga," katanya.

Hadi menambahkan investor sudah menduga akan ada kenaikan suku bunga oleh The Fed. Dengan begitu tidak ada kepanikan yang berarti dari pasar.

Selain itu, Hadi melihat sektor pertambangan masih menjadi primadona bagi investor asing mengalirkan dana segar. "Saya melihat aliran dana asing masih akan muat ke tambang walaupun ada sektor manufaktur. Tapi saya merasa sektor ini akan terus jalan dan tidak terdampak pemilu di tahun depan," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Pandu Gumilar
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper