Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Hubungan Dagang ASEAN dan China Makin Mesra, Cek Penyebabnya

Transaksi dagang antara ASEAN dengan China tembus Rp15.051 triliun sepanjang 2022. Jumlah itu naik 11 persen dibandingkan dengan realisasi 2021.
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menyambut kedatangan Sekjen Asean Kao Kim Hourn, Jumat (3/2/2023), yang akan menghadiri rnThe Asean Foreign Ministers (AMM) Retreat di Jakarta./Dok. Kementerian Luar Negerirn
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menyambut kedatangan Sekjen Asean Kao Kim Hourn, Jumat (3/2/2023), yang akan menghadiri rnThe Asean Foreign Ministers (AMM) Retreat di Jakarta./Dok. Kementerian Luar Negerirn

Bisnis.com, JAKARTA – Transaksi dagang antara ASEAN dengan China tembus Rp15.051 triliun sepanjang 2022. Jumlah itu naik 11 persen dibandingkan dengan realisasi 2021.

Sekretaris Jenderal ASEAN Kao Kim Hourn mengatakan pada KTT ASEAN-China ke-25 di Phnom Penh, Kamboja tahun lalu, para stakeholders menyatakan kepuasannya atas pembentukan Kemitraan Strategis Komprehensif ASEAN-China yang bermakna, substantif, dan saling menguntungkan.

“Perdagangan dan investasi adalah salah satu pendorong utama kemitraan ini antara ASEAN dan Cina. Meskipun dampak buruk dari pandemi COVID-19, ASEAN dan China tetap menjadi mitra dagang yang signifikan,” ungkapnya di Raffles City Convention Centre, Singapura.

Hourn menyebutkan nilai total perdagangan dua arah antara ASEAN dan China mencapai US$975 miliar atau setara Rp15.015 triliun jika menggunakan kurs hari ini Rp15.415. Jumlah itu, lanjut Hourn, meningkat 11 persen dibandingkan dengn realisasi pada 2021.

Sementara itu, China mempertahankan posisinya sebagai sumber investasi asing langsung (FDI) terbesar yang ketiga di ASEAN dengan arus modal masuk lebih dari US$14,3 miliar pada 2021. Menurutnya fondasi hubungan ekonomi ASEAN-Tiongkok stabil dan kokoh sekalipun terdapat risiko makri global, ketidakpastian pascapandemi, dan ketegangan geopolitik.

Pasalnya, ASEAN dan China tetap berkomitmen untuk menegakkan perdagangan yang terbuka, inklusif, dan berbasis aturan. “Untuk tujuan ini, kami telah sepakat untuk meningkatkan Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN-China (ACFTA) untuk memastikan relevansinya yang berkelanjutan dengan bisnis, dan untuk membuatnya siap di masa depan dan lebih responsif terhadap tantangan global,” imbuhnya.

Adapun kedua belah pihak juga bertujuan untuk memperluas dan memperdalam ruang lingkup kerja sama untuk mengatasi bidang-bidang yang sedang berkembang, termasuk ekonomi digital, ekonomi hijau, ekonomi biru, ketahanan rantai pasokan, persaingan, konsumen perlindungan, dan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Sementara itu, Chairman China Galaxy Securities Chen Liang mengatakan hubungan antara China-ASEAN telah menjadi model kerjasama yang paling sukses dan dinamis di kawasan Asia-Pasifik.

“Cina dan ASEAN adalah mitra dagang terbesar satu sama lain, dengan perdagangan bilateral mencapai US$940 miliar pada 2022. Kerja sama investasi telah membuahkan hasil yang signifikan, dengan akumulasi investasi bilateral melebihi US$340 miliar,” ungkapnya.

Menurutnya ASEAN telah menjadi tujuan penting bagi perusahaan China untuk menjadi pemain global. Liang berpendapat hubungan kedua belah pihak telah terintegrasi dalam rantai industri, pasokan, dan nilai yang membentuk tata letak jaringan produksi sehingga saling ketergantungan.

“Kerjasama keuangan terus berkembang, dengan lebih dari 70 lembaga keuangan ASEAN memperoleh Kualifikasi Qualified Foreign Institutional Investor (QFII) dari China. Beberapa orang Cina perusahaan sekuritas dan dana telah berinvestasi dan memperluas bisnis mereka di ASEAN. China-Singapore ETF Connect telah berhasil mendarat, dan konektivitasnya antar pasar modal semakin dalam,” imbuhnya.

Group CEO CGS-CIMB Securities Carol Fong menambahkan investasi dua arah China-ASEAN telah melebihi US$340 miliar pada Juli 2022. Menurutnya hal tersebut tidak lepas dari hubungan ekonomi yang semakin erat dan pertukaran diplomatik yang aktif.

“Kami berharap hubungan semakin meningkat dengan dilaksanakannya Regional Comprehensive Kemitraan Ekonomi (RCEP), Koridor Baru Perdagangan Darat-Laut Internasional, serta Belt and Road Initiative, yang akan memperluas kerja sama di bidang ekonomi digital, e-commerce dan pembangunan hijau,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Pandu Gumilar
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper