Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan holding dan aktivitas konsultasi manajemen PT Nusantara Sawit Sejahtera Tbk. (NSSS) resmi mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui mekanisme penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) pada hari ini, Jumat (10/03/2023).
Saham NSSS tercatat dibuka naik 3 poin atau 2,36 persen ke level Rp130 per saham sesaat setelah pembukaan perdagangan. Saham NSSS ditransaksikan pada rentang harga Rp126-Rp138 per saham.
Saham NSSS diperdagangkan dengan volume 58 juta saham, dengan nilai Rp7,65 miliar. Saham NSSS memiliki kapitalisasi pasar Rp3,09 triliun.
Dalam IPO ini, NSSS melepas sebanyak 3,568 miliar saham kepada publik. Jumlah saham yang ditawarkan tersebut mencapai 15 persen dari modal disetor NSSS setelah penawaran umum perdana saham. NSSS sebelumnya merampungkan penawaran awal pada 17-22 Februari 2023. Setelah memperoleh pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 28 Februari 2023, NSSS lalu melanjutkan dengan masa penawaran umum perdana saham pada tanggal 2-8 Maret 2023.
Presiden Direktur NSSS Teguh Patriawan menjelaskan nilai nominal saham perseroan sebesar Rp50 per saham.
"Harga perdana saham NSSS ini sebesar Rp127 per saham. Itu berarti dana yang kami himpun melalui IPO saham ini sebesar Rp453,165 miliar," katanya dalam siaran pers di Jakarta, Jumat (10/3/2023).
Baca Juga
Teguh mengemukakan, selama masa penawaran umum, berdasarkan sistem e-IPO, NSSS mencatatkan kelebihan permintaan (oversubscribed) sekitar 13,9 kali. Hal ini menunjukan tingginya animo investor terhadap IPO saham NSSS.
Seiring dengan penawaran umum perdana saham, NSSS juga menerbitkan sebanyak 1,784 miliar waran seri I, atau sebanyak 8,82 persen dari total saham ditempatkan dan disetor penuh pada saat pernyataan pendaftaran dalam rangka IPO ini disampaikan.
Setiap pemegang dua saham baru berhak memperoleh satu waran seri I, dimana setiap pemegang satu waran seri I berhak membeli satu saham baru dengan harga pelaksanaan sebesar Rp190 per saham.
“Jika seluruhnya dilaksanakan oleh pemegang waran seri I, dana yang akan diperoleh NSSS mencapai Rp338,982 miliar,” ungkap Teguh.
PT Mitra Agro Dharma Unggul merupakan pemegang saham mayoritas NSSS sebelum IPO dengan persentase kepemilikan sebesar 59,11 persen.
Kemudian Teguh Patriawan memiliki 17,12 persen saham, PT Nusantara Makmur Lestari 10,75 persen, Yantoni Kerisna sebesar 6,14 persen, Thomas Tampi sebesar 5,00 persen, dan PT Bina Palangka Makmur sebesar 1,88 persen.
Menurut Teguh, dana hasil IPO rencananya akan digunakan untuk membiayai pembangunan fasilitas produksi, pembiayaan penanaman baru, dan modal kerja entitas anak. Dana tersebut akan disalurkan melalui mekanisme penyertaan modal.
PT Borneo Sawit Perdana (BSP) menjadi salah satu anak usaha yang akan menerima suntikan modal dengan dana hasil IPO. Sekitar 33 persen akan digunakan untuk belanja modal dalam membangun pabrik kelapa sawit seluas 40 hektare (ha) berkapasitas 60 ton tandan buah segar (TBS) per jam dan fasilitas pendukungnya.
Kemudian, sekitar 9,4 persen akan digunakan untuk pemenuhan modal kerja BSP dalam pembelian pupuk dan agrochemical atau bahan kimia pertanian.
PT Bina Sarana Sawit Utama (BSSU) juga akan mendapat suntikan dana hasil IPO, sekitar 47 persen akan digunakan untuk belanja modal dalam rangka penanaman baru perkebunan sawit.
Dari jumlah tersebut, 15 persen di antaranya akan dipakai untuk pembebasan lahan seluas 6.831 ha agar berstatus hak guna usaha (HGU). Adapun sisa anggaran akan dipakai untuk proses pembibitan hingga pemupukan selama periode belum menghasilkan.
Kemudian, sekitar 10,6 persen dana hasil IPO akan disalurkan kepada PT Prasetya Mitra Muda untuk pemenuhan modal kerja PMM dalam pembelian pupuk dan agrokimia atau bahan kimia pertanian.
“Dana yang diperoleh NSSS dari hasil pelaksanaan waran seri I seluruhnya akan digunakan untuk belanja modal ke entitas anak dengan mekanisme penyertaan modal,” tandasnya.
Teguh menambahkan, bertindak sebagai penjamin pelaksana emisi efek dalam IPO NSS adalah PT BRI Danareksa Sekuritas, PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, PT Sucor Sekuritas, dan PT Samuel Sekuritas Indonesia.