Bisnis.com, JAKARTA — Harita Group milik crazy rich Lim Hariyanto siap mengantarkan anak usaha Harita Nickel, PT Trimegah Bangun Persada (PT TBP) untuk menggelar penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) saham. Perusahaan ini diperkirakan membutuhkan modal besar untuk ekspansi smelter nikel HPAL.
PT TBP saat ini dalam proses ekspansi pabrik High Pressure Acid Leaching (HPAL) kedua di Kawasan Industri Pulau Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara.
Berdasarkan sumber Financial Times, dikutip Kamis (9/3/2023), Harita Nickel dikabarkan tengah menggelar roadshow pekan ini untuk IPO dengan target dana hingga US$600 juta atau setara Rp9,26 triliun. Proses bookbuilding akan dilakukan selama Maret 2023.
Secara terpisah, President Director PT TBP Roy Arman Arfandy mengatakan penggalangan dana publik itu diharapkan dapat menambal kebutuhan investasi yang diperlukan perseroan bersama mitra strategis lainnya untuk melakukan ekspansi pabrik HPAL tahun ini.
“Saat ini pabrik HPAL kedua sedang tahap konstruksi makanya kami melakukan IPO karena butuh dana untuk menyelesaikan proyek ini sesuai jadwal,” kata Roy dalam diskusi Energy & Mining Editor Society, Jakarta, Rabu (8/3/2023).
Nantinya penggalangan dana publik itu diharapkan dapat menutupi sebagian investasi sembari tetap menggunakan pembiayaan mitra dan perbankan.
Baca Juga
Adapun, ekspansi pabrik HPAL yang kedua milik TBP bekerja sama dengan Halmahera Persada Lygend (HPAL) sebagai pemegang 45,1 persen kepemilikan bakal menambah kapasitas produksi Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) hingga 60.000 ton.
Dengan demikian total kapasitas produksi dari dua pabrikan milik TBP bersama dengan HPAL itu dapat mencapai 120.000 ton. Adapun kapasitas input bijih nikel kadar rendah atau limonit dari sisi hulu dapat mencapai sekitar 12 juta ton dengan asumsi kapasitas serap dua pabrikan tersebut.
“Nilai investasi pabrik ini patungan dengan mitra dari China, mitra menyetor dana juga sisanya akan kita cari dari hasil IPO untuk menyelesaikan ini dan pinjaman bank,” tuturnya.
Adapun, proyek pengembangan pabrik HPAL kedua itu diharapkan mulai beroperasi secara komersial pada kuartal kedua tahun depan. Rencanannya, pabrik itu bakal memiliki tiga lini produksi MHP untuk kemudian menghasilkan produk bahan baku baterai listrik seperti nikel sulfat dan kobalt sulfat.
Seperti diketahui saat kapasitas produksi optimal dari satu pabrik HPAL milik TBP bersama dengan rekanannya, Halmahera Persada Lygend, produksi MHP ditarget dapat menyentuh di level 96.000 ton per tahun. Lewat produk antara itu kemudian bakal diperoleh 160.000 ton nikel sulfat dan 20.000 ton kobalt sulfat setiap tahunnya.
Hanya saja hingga triwulan pertama 2023, realisasi produksi produk antara MHP baru mencapai sekitar 60.000 ton. PT TBP berharap dapat meningkatkan realisasi produksi mereka hingga akhir tahun ini seiring dengan komitmen perseroan untuk makin ekspansif di sisi penghiliran nikel kadar rendah tersebut.